Mustarom, Kader Ansor Trenggalek Mengabdi 27 Tahun di Pendidikan

Mustarom, 27 tahun mengabdi di dunia pendidikan MI Walisongo Watuangung. (Jazuli)
Mustarom, 27 tahun mengabdi di dunia pendidikan MI Walisongo Watuangung. (Jazuli)

LINTASJATIM.com, Trenggalek – Rendah hati dan santai tampak dari pembawaan Mustarom. Salah satu kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor Watulimo, Trenggalek, sudah puluhan tahun mendedikasikan seluruh hidupnya di dunia pendidikan.

Ruangan guru tersebut saat penulis dipersilakan duduk menjadi saksi. Betapa tidak sejak 1997 silam, Mustarom muda telah terjun ikut mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Walisongo Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Trenggalek.

Bacaan Lainnya

Percakapan mulai gayeng, meski penulis baru mengenal beliau. Mustarom mengulas kenangannya tahun 1997, zaman dahulu memang dibantu oleh pemerintah dari segi tenaga pendidik.

Setelah masa reformasi, tahun 2007 tepatnya di Bulan Desember ia mengatakan semua guru yang di perbantukan di lembaga semua purna, akhirnya ia dipercaya oleh yayasan untuk meneruskan perjuangan pendiri Yayasan yang ada di MI Walisongo Watuangung.

“Tahun 1997 hanya sebatas mengajar, masih lulus MA waktu itu. Saya lulus D2 pada tahun 2001 setelah itu berhenti baru masuk lagi lulus S1 2009 di Tulungagung,” beber Mustarom, Rabu (4/6/2025).

Alumni Strata-1 di STAIN Diponegoro Tulungagung jurusan Pendidikan Agama Islam ini menerangkan mengabdi di daerah pegunungan cukup membutuhkan efort. Ketika sudah berkomitmen di lembaga memang cara biaya untuk imbal balik sangat minim sekali.

Kendati demikian, ia menjelaskan yang menjadi senang kalau melihat anak-anak terlihat ceria. Diakui Mustarom, dari dalam dirinya memang menyukai dunia anak-anak untuk memberikan pengajaran.

“Senang melihat anak-anak dan memang basic saya ada anak-anak itu suka lah. Senang, mulai awal saya itu disini kalau sama anak anak selalu enjoy,” ujarnya.

Pengurus Wakil Bidang Kaderisasi PAC GP Ansor Watulimo ini menjelaskan yang membuatnya tetap bertahan adalah memang karakternya pengen berjuang. Selain untuk menghidupkan lembaga atau yayasan sekaligus di naungan NU.

Alasan kedua, ia mengatakan ada pesan khusus dari yayasan untuk tidak meninggalkan MI ini. Sehingga berusaha bagaimana bisa maju untuk bisa berkembang.

“Ini saya akhirnya sekuat tenaga selalu mencari terobosan-terobosan agar MI dipercaya oleh masyarakat,” ulasnya.

Pria yang juga Ketua LAZISNU Watulimo ini menerangkan menambahkan sekarang sekitar 5 tahun ini sudah berinovasi. Yaitu MI Plus ini adalah Madin Madrashah Diniyah, sehingga siswa-siswi mendapatkan ilmu dunia dan agama.

Mustarom berkomitmen dengan sang istri harus fokus mengabdi. Dirinya yakin insyaallah oleh Allah SWT akan dicukupi asalkan memiliki jiwa ikhlas.

“Kalau saya hanya sebagai motivator guru-guru yang tidak aktif itu saya yang mendekati. Apa keluhannya agar kita tetap eksis enjoy dengan profesi mengabdi,” terangnya.

Perihal titik temu berproses di Ansor dan di yayasan, Mustarom menjelaskan alasan getol di Ansor karena salah satu Banom NU ini merupakan anak NU.

Ia teringat Dhawuh atau pesan dari Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari bahwa ‘Sopo kang gelem ngurusi NU, tak anggep santriku. Sopo kang dadi santriku, tak dongakno khusnul khotimah sak dzurriyahe’.

Yang berarti ‘Siapa saja yang mau mengurusi NU, saya anggap santriku. Siapa yang menjadi santriku, saya doakan husnul khotimah beserta keturunannya’.

“Mbah Hasyim pokok gelem nguripi NU saya jamin menjadi santrinya. Bahkan di doakan seluruh keluarga dan anak cucunya kalau nanti dipanggil oleh Allah Husnul khotimah,” tandasnya yang saat ini diamanahi kepala madrasah. (jaz/red)

Pos terkait