LINTASJATIM.com, Surabaya – Orang tua dari bayi yang meninggal setelah diajak ke Surabaya naik motor buat mendukung klub sepakbola kesayangan telah mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi. Mereka berharap semua orang mengambil hikmah dari apa yang telah menimpa keluarganya.
FJ (38) dan RA (37), pasangan suami istri warga Tegal, Jawa Tengah itu tidak ingin apa yang terjadi kepada putrinya juga dialami bayi orang tua lainnya. Menurut FJ, peristiwa yang dia alami harus menjadi pelajaran bagi semua pendukung klub sepakbola lainnya.
“Saya berharap cukup saya saja yang mengalami kejadian ini. Karena keegoisan saya agar diakui sebagai suporter yang benar-benar loyal tanpa batas akhirnya anak saya menjadi korban kebodohan saya,” kata FJ saat dihubungi detikJatim melalui sambungan telepon, Sabtu (8/8/2022).
FJ juga berpesan kepada para suporter yang fanatik pada klub sepakbola agar tetap mendahulukan hal terpenting lainnya. Seperti keluarga, pekerjaan, dan orang-orang di sekitar yang mereka cintai.
“Buat teman-teman, jangan pernah mementingkan klub bola kesayangan lebih dari apa pun. Tetap dahulukan keluarga, pekerjaan, terutama jangan pernah ajak anak saat melihat pertandingan. Ajak anak lihat melalui TV, lebih aman dan nyaman,” kata FJ.
FJ juga berharap kesalahan yang dia lakukan agar tak dialami orang tua lainnya yang juga mencintai sepak bola. Hanya karena ingin pengakuan dan identitas diri sebagai suporter sepak bola, harus mengorbankan diri ataupun keluarga.
“Makanya saya pasang di twitter. Biar cukup saya (saja) yang bodoh. Untuk teman-teman jangan memaksakan diri hanya sekedar butuh pengakuan, butuh identitas, agar diakui sebagai suporter pendukung sepak bola di kota masing-masing,” tuturnya.
“Jangan suka menghina atas suporter, jangan terlalu fanatik hingga rela mempertaruhkan nyawa,” lanjut FA
Diberitakan sebelumnya, Pasutri FJ (38) dan RA (37) hendak menonton bola di Surabaya. Ia mengajak serta putrinya yang masih berusia 6 bulan perjalanan dari Tegal, Jawa Tengah ke Surabaya naik sepeda motor. Pertimbangannya, demi menghemat biaya.
“Kalau naik mobil kan habisnya kan sekitar Rp 2 juta. Jadi saya pilih naik motor dari tegal hari Sabtu (31/7/2022) pukul 17.38 WIB,” kata FJ.
Dalam perjalanan ke Surabaya, FJ mengaku sudah berhenti tiga kali di Kota Pekalongan, Kudus, dan Tuban. Hingga ia tiba di Surabaya Minggu (1/8/2022) pukul 07.10 WIB.
“Dari Tuban, saya langsung ke Surabaya karena sudah menyewa tempat penginapan harian di daerah Dukuh Kupang. Sampai pukul 7.10 pagi, itu anak saya masih sehat, masih sempat menyusu sama ibunya. Saya juga sempat beli bubur ayam untuk ibunya. Setelah itu, istri saya memandikan anak saya terus kemudian menyusu lagi,” jelas FJ.
FJ menjelaskan dalam proses menyusui setelah dimandikan itulah, bayinya sudah tak mau minum susu kembali. Sebab, saat itu sang bayi batuk-batuk disertai dahak.
“Karena batuk terus, saya kasih Vicks di bagian dada dan punggungnya. Hingga pukul 8.30 sampai pukul 9, kok masih batuk terus, nangis terus, rewel terus kayak kelelahan. Akhirnya saya bawa ke Rumah Sakit.
Ia sempat membawa putrinya ke Rumah Sakit Marinir di daerah Gunung Sari. Ternyata putrinya harus dirujuk ke ke RSAL Surabaya. Tapi takdir berkata lain, putrinya dinyatakan sudah meninggal.