Calon Istri Tak Pernah Menuntut Biaya Nikah 17 Juta, Justru Minta Sederhana

Bunuh diri
Bunuh diri

LINTASJATIM.com, MojokertoKesulitan biaya nikah disebut-sebut menjadi pemicu Andri Budi Santoso (46) bunuh diri dengan menenggak racun tikus dan serangga di makam istrinya. Namun, calon istrinya menyatakan tidak pernah menekan maupun memintanya untuk menyiapkan biaya pernikahan Rp 17 juta.

Calon Istri Andri, Fitryaningsih atau Fitri (30) mengatakan, hubungan asmaranya dengan juragan sepatu asal Desa/Kecamatan Gedeg itu berjalan sejak akhir 2021. Andri berstatus duda anak tiga, sedangkan Fitri janda anak 1. Pasangan hidup mereka sebelumnya sama-sama meninggal karena COVID-19 pada Juli tahun lalu.

Bacaan Lainnya

Hubungan asmara Andri dan Fitri bakal berlanjut ke jenjang pernikahan. Pertunangan mereka berlangsung meriah Maret 2022. Sedangkan pesta pernikahan duda dan janda itu akan digelar di rumah orang tua Fitri di Dusun Losari, Desa Sidoharjo, Kecamatan Gedeg 3 Juli nanti.

Rencananya, calon pengantin itu akan tinggal di rumah peninggalan orang tua Fitri tersebut setelah menikah. Bahkan, Andri sudah merombak bagian belakang rumah itu untuk industri rumahan sepatu.

Bahan-bahan sepatu sudah ia tempatkan di lokasi. Bisnis tersebut sedianya dimulai besok, Kamis (23/6). Sementara bisnis sepatu Andri di Dusun/Desa Gedeg diserahkan kepada anak sulungnya.

“Biaya pernikahan Rp 17 juta itu hasil rembukan saya dengan almarhum, masih perkiraan. Antara lain untuk dekorasi ruang tamu, orkes, makanan dan songgong (bingkisan tamu undangan),” kata Fitri kepada wartawan di rumah kakaknya, Dusun Losari, Desa Sidoharjo, Rabu (22/6/2022).

Fitri menjelaskan biaya pernikahan Rp 17 juta itu tidak sepenuhnya ditanggung Andri. Ia mengaku sudah menyerahkan uang pribadinya Rp 2,5 juta kepada calon suaminya itu sekitar sebulan yang lalu. Sementara Andri sanggup menyiapkan Rp 15 juta.

Sampai dua pekan menjelang hari pernikahan, lanjut Fitri, calon suaminya mengaku belum mempunyai uang. Janda anak 1 yang kini tinggal di Dusun Bacem, Desa Bening, Gondang, Mojokerto ini lantas menanyakan uang miliknya Rp 2,5 juta yang sudah dibawa Andri. Pasalnya, hari pernikahannya kian dekat.

“Saya cuma minta Rp 2,5 juta yang diminta almarhum, bukan minta Rp 17 juta. Karena saya tidak pegang uang sama sekali, rencana uang itu untuk belanja persiapan pernikahan,” jelasnya.

Tidak hanya itu, Fitri juga sempat memberi saran kepada Andri agar tanggal pernikahan diundur sambil menunggu calon suaminya itu mempunyai biaya. Namun, juragan sepatu itu menolaknya. Fitri lantas menyarankan agar pernikahannya 3 Juli nanti digelar sederhana.

“Saya juga menyarankan pernikahan biasa saja, hanya tumpengan, akad nikah, dia ngotot tidak mau, minta yang meriah,” terangnya.

Sejak awal, kata Fitri, dirinya meminta kepada Andri agar pernikahan digelar sederhana. Yaitu dengan akad nikah dan potong tumpeng saja. Karena ia menyadari statusnya sudah janda dan berasal dari keluarga pas-pasan.

Oleh sebab itu, Fitri menampik jika dirinya maupun keluarganya dituding sebagai penyebab Andri nekat bunuh diri. Karena ia mengaku tidak pernah meminta maupun menekan calon suaminya itu untuk menggelar resepsi pernikahan yang meriah. Ia juga mengaku tidak pernah menekan Andri untuk menyiapkan biaya pernikahan Rp 17 juta.

“Saya tidak menekan dan saya tidak meminta. Permintaan saya pernikahan biasa saja, akad nikah, potong tumpeng sudah selesai. Soalnya saya sudah tidak punya orang tua, anak orang ga punya. Sudah saya sampaikan ke almarhum, tapi dia ngotot ingin pernikahan meriah. Alasannya dia ingin mengundang temannya 150 orang, ada teman dekat, teman bisnis,” ungkapnya.

Disinggung terkait penyebab Andri bunuh diri, Fitri mengaku tidak tahu pasti. Karena juragan sepatu itu tidak pernah curhat kepada dirinya. Ia memperkirakan kesulitan biaya pernikahan bukan satu-satunya masalah yang membuat calon suaminya nekat mengakhiri hidup.

“Kemungkinan ada (masalah) yang lain, tidak tahu itu apa. Entah masalah pekerjaan, atau masalah di luar, saya tidak tahu. Karena dia tidak pernah curhat ke saya sama sekali,” tandasnya.

Andri ditemukan tewas di makam istrinya oleh Juru Kunci Makam Islam Desa Gedeg, Bambang Utomo (52) yang menyalakan lampu makam pada Senin (20/6) sekitar pukul 17.30 WIB. Juragan sepatu warga Dusun/Desa Gedeg itu tewas dengan posisi duduk sila di sebelah timur makam istrinya. Namun, badan korban tengkurap di atas makam istrinya.

Menurut keterangan anak sulungnya, duda tiga anak itu nekat mengakhiri hidup karena kesulitan biaya untuk menikah dengan Fitri, janda asal Dusun Losari, Desa Sidoharjo, Kecamatan Gedeg 3 Juli nanti. Pihak calon istrinya meminta Rp 17 juta untuk biaya resepsi pernikahan. Sementara uang korban masih diputar untuk bisnis produksi sepatu.

Polisi menyimpulkan Andri tewas akibat menenggak racun tikus dan racun serangga. Dari hasil olah TKP, petugas menemukan 1 saset obat nyamuk cair, 2 bungkus bekas racun tikus, 1 saset sisa obat nyamuk cair, 1 kantong plastik ikan hias, 1 gunting, sepasang sandal korban, serta bekas muntahan korban.

Pos terkait