Sukses, Mahasiswa STAI Diponegoro Tulungagung Adakan Bedah Buku

Bedah buku 'Perspektif Paradigmatik Filsafat Pendidikan Islam'
Bedah buku 'Perspektif Paradigmatik Filsafat Pendidikan Islam'

LINTASJATIM.com, Tulungagung – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Diponegoro Tulungagung sukses menghelat bedah buku berjudul ‘Perspektif Paradigmatik Filsafat Pendidikan Islam’. Buku tersebut merupakan karya M. Kholid Thohiri.

Ketua Panitia Bedah Buku, Muhamad Farikh mengungkapkan bahwa buku karya M. Kholid Thohiri yang juga dosen Filsafat Pendidikan Islam ini merupakan karya yang layak untuk dikaji dan dibedah isi pemikirannya.

Bacaan Lainnya

“Buku ini memberi informasi bagaimana peta pemikiran pendidikan Islam kontemporer,” ujar Muhamad Farikh, Sabtu (07/12/2024).

Kholid Thohiri mengungkapkan buku ini juga menyajikan beberapa isu aktual dalam konteks pemikiran pendidikan Islam kontemporer. Pertama, radikalisme berbasis penafsiran keislaman di sebagian lembaga pendidikan dan gerakan sosial keagamaan.

“Kedua, inklusifitas pendidikan Islam, ketiga, multikulturalisme dan moderasi beragama. Keempat, kritisisme dalam pendidikan Islam, dan kelima aksesibilitas pendidikan Islam,” ulasnya.

Pria yang juga Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAI Diponegoro Tulungagung ini mengaku, upaya pemikiran untuk merespon problem di atas menurutnya salah satunya melalui pendekatan teori sistem dalam pengembangan kurikulum.

Yaitu pertama, aspek kognitif. Masih sering ditemukan materi-materi pendidikan agama Islam baik ditingkat sekolah, madrasah bahkan perguruan tinggi masih menggunakan pendekatan normatif.

“Artinya belum mengkontekstualisikan dengan konteks dan problem sosial, budaya, ekonomi, dan politik kekinian,” tambahnya.

Ia menilai sangat penting mengembangkan materi Pendidikan Agama Islam yang tidak hanya bersifat dogmatis namun juga mendialogkan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kedua, aspek melihat persoalan secara utuh (whollness), artinya kurikulum pendidikan agama Islam tidak hanya persoalan Ubudiyah saja tapi aspek-aspek lainnya terlibat.

Seperti persoalan akhlak tidak hanya sifatnya akhlak individual, namun akhlak yang menyangkut martabat kemanusiaan dan lingkungan.

“Ketiga, aspek terbuka menerima masukan (openness), kurikulum pendidikan agama Islam terbuka dengan kritik Pemikiran yang bersifat penyempurnaan dan Dialogis dengan disiplin di luar ilmu-ilmu keislaman,” jelasnya.

Pengurus Harian ISNU Cabang Tulungagung ini menambahkan aspek keempat menurnya, materi pendidikan agama Islam memiliki visi dan nilai mewujudkan kemaslahatan yang tidak hanya bersifat lokal dan nasional, tetapi bahkan kemaslahatan warga dunia.

Aspek kelima arah pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam tidak lagi dikotomik-atomistik, namun pengembangan kurikulum berparadigma sistemik.(mad)

Pos terkait