LINTASJATIM.com, Lamongan, — Sebagai bagian dari peringatan Haul ke-77 K.H. Ahmad Muhtadi, ulama dan pejuang asal pesisir utara Lamongan, BP3MNU Madrasah Al Muhtadi Sendangagung bersama Ikatan Alumni Al-Muhtadi (IKADI) menggelar acara Bedah Buku dan Seminar Nasional bertajuk “Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Muhtadi: Cermin Keteladanan Ulama-Pejuang dari Pantai Utara Lamongan” pada Rabu (9/4) siang.
Acara yang berlangsung di Aula Madrasah Al Muhtadi, Sendangagung, Kecamatan Paciran, itu dihadiri sekitar 200 peserta dari beragam kalangan. Hadir dalam kegiatan ini para guru dan karyawan madrasah, pengurus badan otonom NU dari berbagai ranting, mahasiswa dari sejumlah kampus seperti UNISLA, IAI TABAH, dan Insud, UNISDA, komunitas sejarah, keluarga besar K.H. Ahmad Muhtadi, hingga para alumni dan masyayikh Al-Muhtadi.
Tiga narasumber utama tampil dalam seminar tersebut, yakni Ah. Syauqi Arif selaku penulis buku, Dr. Winarto Eka Wahyudi (Wakil Rektor III UNISLA Lamongan sekaligus Sekretaris LPTNU PWNU Jawa Timur), dan Didin Ahmad Zaenudin atau yang dikenal dengan nama pena Diaz Nawaksara, seorang aktivis Aksara Nusantara.
Dalam pemaparannya, Ah. Syauqi Arif menegaskan bahwa buku ini merupakan karya pertama yang secara komprehensif mengulas perjalanan hidup dan perjuangan K.H. Ahmad Muhtadi. Buku tersebut tidak hanya memuat silsilah biologis, tetapi juga nasab keilmuan yang menjadi fondasi pemikiran sang ulama.
Sementara itu, Dr. Winarto Eka Wahyudi menggarisbawahi pentingnya metodologi dalam penulisan sejarah. Ia menjelaskan bahwa buku ini telah memenuhi kriteria ilmiah dan metodologis, sehingga, apa yang ditampilkan dalam karya ini bukan rekaan belaka.
“Karya ini bukan hanya sebagai karya intelektual, tapi juga ungkapan cinta penulis yang ingin menghidupkan kembali sosok dan spirit Kiai Muhtadi dalam konteks kekinian” ujarnya.
Narasumber terakhir, Didin Ahmad Zaenudin, menambahkan data sejarah terkait KH. Ahmad Muhtadi, termasuk kisah wafatnya di Desa Dagan akibat ditembak pasukan Belanda. Ia juga menekankan peran penting sang ulama sebagai rujukan spiritual laskar Hizbullah menjelang perjuangan bersenjata dalam masa Resolusi Jihad.
Sebagai moderator, Bustanul Habibi menutup acara dengan menyerukan pentingnya pelestarian khazanah keilmuan K.H. Ahmad Muhtadi. Ia mendorong agar isi buku ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi artikel ilmiah dan jurnal akademik.
Buku “Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Muhtadi” kini menjadi dokumen penting yang merekam kontribusi besar beliau dalam dunia pendidikan dan perjuangan kemerdekaan. Seminar ini pun menjadi momentum reflektif untuk mengusulkan K.H. Ahmad Muhtadi sebagai salah satu tokoh yang layak dinobatkan nama besarnya sebagai nama jalan di Kabupaten, bahkan sangat layak menjadi pahlawan nasional.