Lintasjatim.com, Ponorogo – Seakan diburu waktu, dalam sebulan terakhir Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Cabang Ponorogo telah empat kali melakukan reboisasi di sekitar sumber mata air.
Disaat umumnya warga menikmati liburan akhir pekan, para relawan LPBI NU merelakan dirinya untuk berjibaku dengan bibit tanaman antuk reboisasi.
“Begitu masuk musim penghujan kemarin, kami berinisiatif melakukan pembibitan tanaman untuk memenuhi kebutuhan penghijauan,” ungkap Sofyan, salah satu fungsionaris LPBI NU.
Kali ini LPBI NU menggandeng komunitas Vespa Kabupaten Ponorogo untuk kembali mengabdi pada lingkungan. Keprihatinan akan semakin berkurangnya debit air di sejumlah sumber mata air di wilayah Ponorogo membawa mereka untuk menyediakan waktu rekreasi untuk mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
“Awalnya kegiatan kami lebih pada penyaluran hobi, namun lamban laun muncul kepedulian untuk menghiasi rekreasi dengan sesuatu yang berarti buat lingkungan hidup,” kata Arif, Koordinator komunitas Vespa Ponorogo.
Sesuai kesepakatan bersama, pada Minggu (9/2) relawan LPBI NU dan anggota komunitas Vespa Ponorogo memilih sasaran penghijauan di kawasan hutan sekitar mata air Dusun Geplok Desa Tulung Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo. Mereka tidak sendirian, karena Kepala Desa setempat juga menunjukkan dukungan penuh kepada kegiatan itu.
“Kami hidup menggantungkan diri dari mata air di dusun Geplok. Kami sadar semakin hari debit airnya semakin berkurang akibat pohon-pohon di sekitarnya banyak ditebang. Alhamdulillah, teman-teman LPBI NU dan komunitas Vespa mau membantu kami. Tentu saja, kami sangat mendukungnya,” ujar Kepala Desa Tulung.
Seperti yang sudah-sudah, LPBI NU mendapat support penuh dari berbagai badan otonom di bawah naungan NU setempat, sepeti Muslimat NU, GP Ansor, Banser, Fatayat NU, IPNU dan IPPNU. Beberapa elemen masyarakat setempat, seperti LMDH dan Karang Taruna juga nampak aktif terlibat dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan diawali dengan seremonial penyerahan bibit tanaman dari Novi Trihartanto ketua LPBI NU Ponorogo kepada Kepala Desa Tulung. Setelah itu para relawan dengan penuh semangat menanam tidak kurang dari 2500 bibit pohon, di antaranya juwet, beringin kerbau, sengon, jambu menthe, cempedak dan nangka di atas tanah milik perhutani dan pemerintah desa setempat. Kesemangatan mereka tentu saja didorong oleh kepeduliaan akan pentingnya air bagi kehidupan.
“Manfaat menjaga mata air Gaplok Tulung adalah mengurangi potensi longsor ketika musim hujan dan menjaga ketersediaan air saat kemarau,” ungkap Novi Trihartanto.
Sebagaimana dicanangkan pada program LPBI NU, setelah kegiatan penghijauan dibentuk tim perawatan. Hasilnya ternyat lebih dari hal itu, ternyata LMDH, GAPOKTAN dan Perhutani Lawu menjalin kesepakatan untuk membuat gerakan konservasi satwa dan air dengan dukungan dari pemerintah desa Tulung.