LINTASJATIM.com, Malang – Tim pemberdayaan masyarakat Universitas Negeri Malang (UM) melaksanakan program pemberdayaan disabilitas melalui pelatihan vokasi kerajinan tangan untuk membentuk jiwa kewirausahaan di SLB Sathiten Kota Malang pada Senin (11/11/2024).
Pemberdayaan masyarakat ini adalah muatan wajib bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah pendidikan pancasila, dimana mereka diharapkan memberikan kontribusi langsung dan nyata bagi masyarakat.
Mata kuliah yang diampu oleh Hanafi, M.Pd. ini telah berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan pancasila, dimana siswa menerapkan sub tema SDGs guna berperan dalam mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik dan berkelanjutan.
Dalam kegiatan pelatihan vokasi bagi disabilitas ini dilaksanakan guna mencapai pendidikan yang bermutu dan inklusif sehingga menumbuhkan jiwa inovasi bagi anak berkebutuhan khusus untuk mencapai tujuan SDGs berupa industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, serta memfasilitasi perkembangan inovasi.
Seperti yang telah diatur dalam undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 bahwa setiap disabilitas memiliki perlindungan hukum untuk mendapatkan hak dalam memperoleh pekerjaan. Namun, masih banyak kita jumpai bersama disabilitas yang belum memiliki pekerjaan, hal ini karena keterampilan kerja yang kurang mempuni.
Oleh karena itu tim pemberdayaan masyarakat yang beranggotakan 4 orang dari prodi pendidikan luar biasa dan 1 dari DKV UM ini berkolaborasi memberikan pelatihan kerajinan tangan guna membekali keterampilan kerja bagi anak berkebutuhan khusus tingkat sekolah menengah atas di SLB Sathiten.
Kolaborasi ini terbentuk karena keprihatinan mahasiswa terhadap anak berkebutuhan khusus yang masih belum memiliki keterampilan untuk bekal kehidupan setelah keluar dari sekolah luar biasa.
Meskipun Kota Malang adalah kota pendidikan, namun inklusifitas pada bidang vokasi dan keterampilan belum secara merata terlaksana. Padahal keterampilan sangat penting sebagai bekal kemandirian siswa nantinya.
Karena selain kemampuan untuk bina diri dan pengetahuan bagi siswa berkebutuhan khusus, perlu adanya keterampilan lainnya seperti vokasi untuk bertahan hidup secara mandiri.
”Perlu ekstra sabar dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus, saya harap tim pemberdayaan masyarakat dari UM ini dapat sukses menjalankan pelatihan sehingga nantinya anak-anak akan memiliki bekal keterampilan,” ujar kartini, S.pd. salah satu guru SLB Sathiten.
Selain pelatihan pembuatan kerajinan tangan, anak dilatih juga untuk memasarkan produk, baik secara online melalui media sosial instragram ataupun offline pada kegiatan sehari-hari seperti di Car Free Day Kota Malang, bazar dan acara sekolah.
Anak kelas 10 hingga 12 SMA Sekolah Luar Biasa Sathiten berperan aktif dalam kegiatan pelatihan ini, diantaranya ada anak hambatan pendengaran, autis dan tunagrahita ringan.
Mereka mampu mengikuti pelatihan dan praktik membuat kerajinan tangan dengan baik, bahkan pemasaran secara online telah mulai dilaksanakan melalui akun instragram @karsathiten katalog produk serta berbagai macam desain kerajinan handmade dan limited edition dari siswa luar biasa bisa ditemukan.