Oleh
Ali Anwar Mhd*
Iya. Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidhayat (NRH), sejak Senin (10/5) pagi sekali, sudah ramai menjadi perbincangan di dunia maya. Berlanjut ke dunia nyata. Dari media ke media. Dari mulut ke mulut. Mengembang menjadi tema hangat dalam perbincangan.
Bupati NRH kecokok KPK, berdasarkan kabar yang beredar terkait jual beli jabatan. Jabatan di pemerintahan kabupaten, kecamatan (para camat), dan pengisian perangkat di pemerintahan desa.
Berbagai berita terus beredar. Embel-embel yang sematkan adalah bupati muda, ganteng, pengusaha, kaya, pengurus PKB, anggota Banser, aktifis IPNU, aktifis PMII, santri pondok pesantren.
Tentu semua harus di dudukkan sesuai porsi secara obyektif. Muda. Iya baru berusia 41 tahun. Ganteng iya. Siapa bilang jika mas Bupati tidak ganteng. Ganteng. Wajahnya imut putih bersih dengan tanda hitam dijidadnya. Istrinya pun cantik.
Pengusaha iya. Tapi sesungguhnya yang pengusaha adalah bapaknya, dan Mas Bupati adalah generasi pengusaha penerusnya. Bukan berdiri mulai dari nol. Tapi generasi penerus dan bapaknya sampai sekarang masih ada dan masih sangat energik.
Kaya. Iya kaya, karena memang sampai menjadi Dirut utama dari 36 perusahaan yang dimiliki bapaknya. Kekayaannya mencapai puncak sangat besar sekali. Masuk 5 besar kepala daerah terkaya di Indonesia.
Pengurus PKB. Nanti dulu. Mas Bupati tidak pernah menjadi pengurus PKB. Baik ditingkat DPC (kabupaten) maupun DPW (provinsi). Malah dia mengakui secara terbuka di forum Musancab DPAC PDIP se kabupaten Nganjuk, dan terbuka di media, bahwa dia adalah kader PDIP. Bukan kader partai manapun, termasuk PKB.
Yang benar keberangkatan saat macung bupati yang nengusung adalah PDIP, PKB, dan Hanura. Sekali lagi tidak pernah menjadi pengurus PKB. Malah ketika ingin menjadi pengurus PKB banyak terjadi penolakan di internal partai. Terakhir yang saya dengar akan mencalonkan diri ketua DPD Bamusi PDIP Jawa Timur.
Bahkan setelah direkom dan diusung dan menjadi bupati, jarak belum ada satu tahun, sudah jauh dari PKB. Sudah tidak ada komunikasi. Begitu pula dengan NU, yang memberi restu keberangkatannya sebelum direkom oleh PKB, juga sudah jauh. Tidak ada komunikasi yang baik.
Anggota Banser. Juga bukan. Tidak pernah menjadi anggota Banser. Hanya pernah memakai jaket kebesaran Banser karena membelinya kepada salah satu aktifis Banser. Hanya membeli dan memakainya. Lantas mungkin photo-photo dan Selfi-selfi.
Aktifis IPNU dan PMII sebagaimana disebut dalam salah satu media. Itu juga tidak benar. Tidak pernah menjadi aktifis IPNU dan PMII. Mas Bupati tidak pernah menjadi aktifis di lingkungan NU. Hanya aktif di perusahaan dan organisasi terkait para pengusaha.
Santri. Iya. Santri pondok pesantren. Pernah sekolah sambil ngaji di salah satu pondok di Jombang. Tapi santri juga manusia biasa.
Tentu kejadian yang ada, saat menyimak menyesakkan dada. Kejadian yang sama dengan pendahulunya. Pertanyaan dalam batin saya. Mengapa tidak belajar dari kasus sebelumnya?. Seharusnya menjadi pelajaran berharga. Sebuah peristiwa yang seharusnya tidak terulang lagi.
Saat peristiwa terjadi di masa lalu, dengan terpilihnya NRH melalui pilkada serentak, kita semua dan masyarakat memiliki harapan baru, berlandaskan atas peristiwa yang ada. Namun nyatanya terjadi peristiwa yang sama. Tentu banyak masyarakat yang akhirnya kecewa.
Sebuah ikhtiar maksimal saat itu, yang ternyata belum sesuai harapan masyarakat banyak. Apa kita harus berhenti ikhtiar. Tentu kita harus tetap semangat dan terus berikhtiar mencari pemimpin yang terbaik. Ikhtiar adalah kewajiban. Hasil adalah ketentuan taqdir Gusti Allah.
Identitas Penulis
*Penulis adalah Mantan Sekretaris DPC PKB dan Aktifis Muda Sarjana NU Nganjuk
**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com atau ke Wa Center
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.
**Redaksi berhak merubah judul untuk keperluan SEO (search engine optimization)