Pandemi Covid-19 dan Minat Belajar Siswa

Ilustrasi Belajar Daring
Ilustrasi Belajar Daring

Oleh
Nuwairotul Layaliya*‪

Tahun 2019 merupakan tahun yang akan menjadi tahun paling bersejarah di dunia. Pasalnya di tahun 2019 lahirlah wabah penyakit Covid-19 yang merubah seluruh tatanan kehidupan secara global, baik tatanan sosial, ekonomi, terutama pada bidang pendidikan.

Bacaan Lainnya

Coronavirus Disease 2019 yang disingkat Covid-19 pertama kali dideteksi di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019 dan ditetapkan pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Dilansir dari berita detiknews, Indonesia pertama kali mengonfirmasi adanya kasus Covid-19 ini pada 2 Maret 2020. Presiden Jokowi saat itu mengumumkan adanya dua pasien positif corona yakni perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun. 

Virus Covid-19 dapat menyebar dengan sangat cepat, hingga menyebabkan angka kematian yang sangat tinggi, meskipun hingga saat ini belum ada temuan yang benar-benar bisa ditetapkan sebagai obat anti virus Corona. Namun demikian pemerintah telah melakukan upaya pencegahan virus corona melalui program vaksinasi yang diberikan kepada pejabat pelayan publik mulai pejabat pusat sampai pejabat daerah yakni dari presiden, menteri, bupati atau walikota, anggota dewan serta jajaran tenaga kesehatan.

Penyebaran Sars-CoV-2 yang sangat berbahaya ini, tentunya menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia.  Karena menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat, terutama kalangan pelajar sebagai generasi penerus bangsa Indonesia. Menyikapi hal tersebut pemerintah Indonesia telah menetapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) berdasarkan surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 36962/MPK/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah untuk mencegah penyebaran covid-19

Kebijakan pemberlakuan aturan pembelajaran daring tersebut telah meresahkan para praktisi pendidikan, para orang tua peserta didik maupun peserta didik sendiri. Bagaimana tidak, pembelajaran tatap muka yang sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun harus digantikan dengan pembelajaran jarak jauh, yang berarti siswa dan guru tidak berada dalam satu ruang, dengan kata lain siswa harus belajar secara daring (online) dari rumah dan diharuskan untuk mengikuti materi dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Kurangnya fasilitas teknis yang mendukung, penguasaan teknologi yang kurang baik, dan transfer pengetahuan yang tidak terjadi secara langsung dapat mengurangi minat belajar siswa secara umum.

Dalam buku “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya” Slameto mengungkapkan beberapa indikator minat belajar yaitu perasaan senang, ketertarikan, penerimaan dan keterlibatan siswa. Kondisi pagebluk virus Corona ini yang memaksa pembelajaran dilaksanakan secara daring telah menurunkan indikator-indikator minat belajar siswa tersebut. Pemerintah pun menyadari dan merasakan hal tersebut pasti akan terjadi, sehingga melalui surat edaran Menteri Kemendikbud Nomor 4 tahun 2020 menegaskan bahwa proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh yang dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan; (2) Belajar Dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19; (3) Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah; (4) Buku atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.

Dari penetapan aturan tersebut setidaknya guru mempunyai acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran secara daring, dan yang perlu digaris bawahi yakni aktivitas dan tugas belajar dapat dilakukan sesuai dengan minat dan kondisi masing-masing siswa. Tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan akademis setiap siswa berbeda. Begitupun kondisi ekonomi dan lingkungan siswa di rumah. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu juga menjadi pengaruh terhadap minat belajar siswa, seperti tidak tersedianya smartphone atau tidak mampu membeli paket data. 

Kenyataan yang terjadi tidak sedikit siswa yang malas atau enggan mengerjakan tugas dengan kemauan mereka sendiri. Siswa lebih cenderung menunggu untuk diarahkan orang tua bahkan dipaksa. Hal ini juga menjadi masalah yang sangat kompleks ketika siswa ditinggal kedua orang tuanya bekerja dan siswa sendiri belum mampu mengoperasikan smartphone atau laptop dengan baik, apalagi saat siswa mengalami kesulitan belajar. Sehingga tidak jarang siswa yang meninggalkan kewajiban mengerjakan tugas mereka. Hal ini menunjukkan minat belajar siswa menjadi berkurang saat belajar daring karena pandemi Covid-19 ini.

Dalam menjawab persoalan ini, ada beberapa tawaran solusi alternatif bagi guru dan orang tua yang bisa digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa di musim pandemi ini. Pertama, Orang tua memastikan tersedianya fasilitas teknis seperti (HP/laptop/wifi/paket data), sehingga siswa lebih semangat dan siap mengikuti pembelajaran maupun tugas-tugas yang akan diberikan oleh guru.

Kedua, Guru menyampaikan materi lewat media atau aplikasi yang mudah diakses siswa maupun orang tua, seperti whatsapp, zoom, classroom, akun belajar.id dan lain-lain. Namun perlu disadari bahwa tidak semua orang tua dapat menguasai teknologi atau gaptek, sehingga guru disarankan memilih media sesuai dengan kondisi dan kemampuan orang tua maupun siswa. Bila perlu guru melakukan sosialisasi terlebih dahulu jika ingin menggunakan media pembelajaran sesuai keinginan guru

Ketiga, Guru memberikan materi yang penting dan tidak membosankan, sehingga siswa tidak merasa keberatan dan senang mengikuti pembelajaran. Seperti, diselingi menyanyi, menggambar, menonton video animasi, ataupun guru menerangkan lewat video yang telah dibuat oleh guru tersebut.

Keempat, Guru dan orang tua terus memberikan motivasi belajar kepada siswa. Guru dapat memberikan reward berupa pujian dan respon yang cepat ketika siswa telah mengirim tugasnya. Begitupun orang tua, justru orang tua lah yang mempunyai peran besar untuk memotivasi belajar siswa. Karena orang tua yang langsung bersinggungan dengan siswa dan dapat dikatakan sebagai pengganti guru seperti saat di sekolah. Orang tua juga bisa memberikan reward berupa pujian atau hadiah ketika anak (siswa) rajin belajar.

Kelima, Orang tua harus mampu memberikan perhatian penuh kepada siswa. Jika orang tua tidak mampu mendampingi siswa belajar di rumah karena harus bekerja dan lain sebagianya, orang tua bisa meminta keluarga yang lain atau memilih guru les privat untuk membantu siswa belajar di rumah. Agar siswa tetap merasa mendapatkan perhatian dari orang tua dan tetap bisa mengikuti pembelajaran daring dengan baik.

Keenam, Guru dan orang tua menjalin komunikasi yang baik dengan siswa. Terutama persoalan minat belajar siswa. Sehingga dapat dicarikan solusi bersama. 

Wabah Covid-19 memang menimbulkan banyak permasalahan terutama masalah kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, kita harus yakin semua persoalan pasti ada solusinya. Semoga virus Covid-19 segera musnah dari muka bumi ini. Sehingga anak-anak kita dapat sekolah normal seperti biasanya, meraih prestasi dan cita-cita sesuai yang diinginkan. 

Identitas Penulis
*Penulis adalah Guru PAI  UPT SDN 42 Gresik


**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com atau ke Wa Center
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.
**Redaksi berhak merubah judul untuk keperluan SEO (search engine optimization)

Pos terkait