Oleh:
Lutfi Humaidi*
Pembangunan di perkotaan yang semakin masif menyebabkan tergusurnya ruang-ruang terbuka hijau. Hilangnya ruang terbuka hijau sangat memengaruhi kestabilan ekosistem lingkungan, sekaligus meningkatkan polusi yang mana berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat kota. Keterbatasan lahan pertanian produktif membuat banyak ahli berfikir bagaimana cara memenuhi kebutuhan pangan dengan beberapa inovasi.
Inovasi pertanian yang dapat diterapkan untuk menghadapi masalah tersebut adalah urban farming (pertanian perkotaan). Konsep urban farming lantas menawarkan solusi dengan menciptakan lahan terbuka hijau di tengah padatnya bangunan perkotaan.
Urban farming dapat mengelola wilayah perkotaan yang tercemar menjadi lingkungan yang nyaman dan sehat untuk dihuni. Berkebun atau bercocok tanam khususnya tanaman produktif seperti sayur dan buah, sudah tidak lagi identik dengan masyarakat di pedesaan. Karena tidak sedikit dari masyarakat perkotaan sekarang ini juga menekuni aktivitas pertanian di lahan pekarangan rumah.
Tren urban farming atau pertanian perkotaan belakangan tengah marak di dilakoni masyarakat perkotaan lebih-lebih di masa pandemi Covid-19. Dalam situasi penuh ketidakpastian seperti inilah, konsep menanam bahan pangan sendiri di lahan pekarangan semakin menarik untuk ditekuni.
Aktivitas urban farming merupakan upaya masyarakat perkotaan bisa memasok dan mempersiapkan kebutuhan pangannya sendiri dalam menghadapi kondisi kahar seperti covid-19. Melalui pemanfaatan lahan seadanya di sekitar rumah atau tempat tinggal, maka masyarakat dapat menopang kebutuhan pangan secara mandiri.
Pandemi memiliki nilai positif dan memberi hikmah tersendiri, dimana kini semua orang akhirnya bisa mengurusi tanaman yang ada di lingkungan sekitar rumah. Berbagai tanaman yang bisa ditanam antara lain cabai, kangkung, bayam, sawi dan tanaman jangka pendek lainnya, yang hanya butuh waktu sebulan untuk panen. Dengan semakin suburnya pertumbuhan tanaman tersebut, pekarangan rumahnya pun menjadi semakin asri , selain itu dapat menghemat pengeluaran rumah tangga.
Berkebun di pekarangan bisa menjadi solusi pangan keluarga, apalagi dengan susahnya memperoleh sayuran yang sehat dan terasa aman dalam konsumsinya. Berkebun di pekarangan juga mudah lakukan oleh siapa pun termasuk ibu rumah tangga, tak perlu pembelajaran khusus atau menjadi sarjana pertanian.
Belajarnya juga sangat mudah sekarang ini, tak perlu belajar bertemu langsung. Banyak info panduan berkebun bisa diperoleh di google, youtube dan media sosial lainnya. Bahkan di masa pandemi ini banyak sekali penyelenggaraan seminar berbasis video conference atau yang sering disebut dengan webinar (web dan seminar). Tema-tema seminar tentang pemanfaatan lahan pekarangan rumah yang dapat kita ikuti juga cukup banyak.
Pertanian perkotaan jika dapat diterapkan secara masif akan membawa banyak sisi positif bagi ketahanan pangan bangsa. Apabila dilihat dalam jangkauan yang lebih luas, urban farming memiliki dampak yang lebih besar bagi kelangsungan hidup masyarakat perkotaan. Sejumlah penelitian pun menyebutkan bahwa urban farming dapat menjadi konsep pertanian ideal di masa depan.
Implementasi rencana urban farming pasti memiliki hambatan dan tantangan sendiri. Masyarakat dan pemerintah perlu berusaha bersama jika ingin mengimplementasikannya. Kerjasama berbagai pihak dapat membawa pertanian perkotaan menjadi metode pertanian baru di Indonesia. Meskipun begitu, perlu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam implementasinya. Dalam implementasinya, kerjasama dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutannya.
Strategi Implementasi Urban Farming yang Maju, Efisien dan Berdaya Guna
- Memperhatikan ketersediaan sumberdaya (air dan lahan, tenaga kerja, sarana-prasarana) merupakan suatu keharusan sehingga akan memberikan hasil yang optimal. Oleh sebab itu, penerapan proses daur ulang serta metode bio-intensif diantaranya melalui integrasi ternak atau ikan dengan tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti sayur-sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias merupakan salah satu strategi yang sesuai untuk dikembangkan.
- Ukuran luasan pekarangan di perkotaan tergolong sempit hingga sangat sempit dan memiliki dinamika dan kompetisi penggunaan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, perlu penentuan lokasi yang tepat agar pasokan sinar matahari dan terhambatnya sirkulasi udara untuk tanaman budidaya dapat tercukupi.
- Perlu adanya komitmen terhadap pekerjaan, dan memiliki sumberdaya di bidang tersebut (pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil). Oleh sebab itu, perlu adanya ketersediaan inovasi teknis yang tepat guna berkarakter perkotaan, efektif, efisien, low input-high yield, merupakan prasyarat yang harus dipenuhi.
- Aspek inovasi teknis yang perlu disediakan diantaranya terkait dengan penyediaan varietas unggul bernilai ekonomis tinggi; sistem irigasi dan pemupukkan; inovasi pengendalian hama ramah lingkungan; inovasi budidaya sistem bio-intensif (misalnya sistem integrasi ikan/ternak dengan tanaman sistem aquaponik, tumpang sari/tumpang gilir); inovasi pengelolaan limbah organik menjadi media tanam, pupuk, dan pakan ternak; inovasi pemanfaatan air limbah sebagai air penyiraman; inovasi sistem budidaya hemat lahan (pot plant, vertikultur, wall gardening, aquaponik, hidroponik, roff garden, dll).
- Banyak dijumpai pelaku pertanian di perkotaan tidak terorganisir dengan baik. Sementara itu, organisasi yang dibutuhkan petani di perkotaan kemungkinan lebih beragam dibandingkan di perdesaan yang umumnya hanya berorientasi pada aspek ekonomi (produksi, sarana, pemasaran dan permodalan).
- Inovasi pertanian di perkotaan sangat dipengaruhi oleh institusi, kebijakan, serta peraturan lokal. Oleh sebab itu, pengembangan lingkungan kelembagaan dan kebijakan yang terpadu dan kondusif untuk pengembangan pertanian di perkotaan sangat diperlukan.
- Implementasi pertanian perkotaan, beberapa pihak seperti petani, pemerintah, masyarakat sekitar, pengusaha, institusi pendidikan, dan pihak lainnya dapat bekerjasama dalam mendukung pelaksanaan dan keberlanjutannya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak tersebut adalah pembangunan Pilot Project pembentukan kelompok tani, pelatihan peningkatan pengetahuan pertanian perkotaan, pemberian insentif pada petani perkotaan, dan dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak.
- Berbagai sistem penanaman perkotaan yang bisa dikembangkan seperti vertikultur, hidroponik, akuaponik, dan budikdamber dapat dengan mudah diterapkan di area terbatas. Para penggiat urban farming menyulap atap rumah mereka menjadi kebun atap, pagar rumah menjadi taman vertikal, dan sebongkah pipa menjadi kebun tanaman hidroponik yang subur.
Urban farming tentu dapat dimanfaatkan menjadi kegiatan produktif yang bisa diikuti oleh masyarakat banyak. Tidak hanya sekedar kegiatan pemberdayaan komunitas, urban farming juga dapat menunjang kondisi ekonomi masyarakat itu sendiri melalui pemasaran hasil panen urban farming.
Pertanian perkotaan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Pertanian perkotaan dapat meningkatkan ketahanan pangan lokal dan kualitas produk pertanian. Memiliki berbagai manfaat, pertanian perkotaan baik diimplementasikan di Indonesia.
Identitas Penulis
*Penulis adalah Doktor Ilmu Penyuluhan IPB, ASN Kementerian Pertanian, dan Asisten KPAI 2010-2017.
_____________________
**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.