Tahun Baru Hijriyah Momentum Hijrah Tatanan Normal Baru

Lutfi Humaidi, Tahun Baru Hijriyah Momentum Hijrah Tatanan Normal Baru
Lutfi Humaidi, Tahun Baru Hijriyah Momentum Hijrah Tatanan Normal Baru

Oleh
Lutfi Humaidi*

Tahun Baru Hijriyah adalah salah satu hari besar bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Sejarah pergantian tahun dan hitungan tahun dalam Islam merupakan peringatan yang hadir setiap tahun sekali untuk mengenang peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dan para pengikutnya dari Makkah menuju Madinah, dan juga rangkaian sejarah penyebaran agama Islam dan perjuangan kaum Muslimin.

Bacaan Lainnya

Hijrah berarti berpindah atau meninggalkan. Dalam makna ini, hijrah memiliki dua bentuk. Pertama, Hijrah secara fisik yakni berpindah dari satu tempat ke tempat lain, seperti hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota Makkah ke Kota Madinah.

Momentum tahun baru Hijriah dapat kita jadikan untuk lebih banyak intropeksi diri dan refleksi diri atau muhasabah. Memasuki 1 Muharram artinya kita telah meninggalkan tahun yang sudah kita lalui dan sekarang kita memasuki tahun yang baru.

Pada masa pandemi ini mari kita maknai dan cermati arti 1 Muharram tersebut untuk membawa kita hijrah atau dapat kita jadikan pembelajaran dari apa yang kita alami saat ini.

Tahun baru 1442 H menjadi sarana evaluasi diri atas capaian individu sebagai hamba Allah dan juga capaian kolektif sebagai warga bangsa dan komunitas umat Islam. Termasuk juga evaluasi terkait kualitas keberagamaan.

Apa yang telah kita dapati hari ini mari lebih banyak syukuri.Di masa tatanan pola kehidupan baru di tengah wabah Covid-19 ini, mari kita bersama-sama lebih banyak refleksi diri.

Mudah-mudahan dengan rasa syukur, hidup kita lebih bermakna dan lebih langgeng terus lakukan perubahan pada diri kita ke arah yang lebih baik.

Bentuk-bentuk hijrah ma’nawiyah sekarang ini di tengah wabah Covid-19 yaitu meninggalkan berbagai bentuk aktivitas yang dapat mengancam diri terpapar Virus Corona dan melakukan berbagai aktivitas yang mendukung agar kita tetap sehat dan terlindungi dari wabah.

Diantara yang harus dihindari yaitu tidak melakukan kontak fisik dengan berjabat tangan secara langsung. Sedangkan yang dapat ditingkatkan yaitu selalu mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak dan selalu berdoa kepada Allah Swt.

Selain itu, hijrah juga harus meninggalkan dari sifat-sifat munafik, plin-plan, menjadi konsisten atau istiqomah. Meninggalkan segala bentuk kebathilan dan kezhaliman menuju kebenaran dan keadilan.

Meninggalkan perbuatan, makanan dan pakaian yang haram menjadi hidup sehat dan produkif. Meninggalkan segala perbuatan yang keji menuju perbuatan yang terpuji dan diridhai oleh Allah SWT.

Mari sikapi momentum peringatan hijrah tahun ini dengan muhasabah (introspeksi diri), Apakah segala perbuatan dan perkataan kita selama ini sudah memenuhi syarat untuk diterima oleh Allah SWT? Yaitu, dilandasi keimanan, keilmuan, dan kemanusiaan sesuai dengan sunah Rasul.

Memang benar, muhasabah harus kita lakukan sepanjang waktu, hari demi hari, bahkan detik demi detik. Tapi setidaknya, pergantian tahun baru Islam menjadi “momentum tahunan” sebagai refleksi diri.

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri, mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk hari esok (akhirat)…” (QS al-Hasyr: 18).

Umar bin Khattab mengatakan: Hasibu anfusakum qobla antuhasabu. “Evaluasilah (hisablah) dirimu sendiri sebelum kalian dihisab (di hadapan Allah kelak)”.

Kita berharap, kedatangan Tahun Baru Islam bukan hanya disemarakkan tapi juga dijadikan ajang refleksi tahunan agar setahun yang akan datang menjadi lebih baik. Semoga alllah Swt segera menghijrahkan Covid-19 dari lingkungan kita dan dari bumi Indonesia. Aamiiin…

Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1442 H.

Identitas Penulis
*Penulis adalah Wakil Sekretaris PC Gerakan Pemuda Ansor Kota Tanjungpinang dan ASN Kementan RI.

**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com atau ke Wa Center
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.
**Redaksi berhak merubah judul untuk keperluan SEO (search engine optimization)

Pos terkait