Oleh
Asmawi Mahfudz*
Korona Covid 19 secara nyata telah diumumkan oleh pemerintah Indonesia sejak awal maret 2020. Mulai waktu itu seluruh komponen bangsa ini mempunyai rasa yang sama, nasib yang sama, sebagai obyek penularan virus menular yang kabarnya dari Wuhan China. Segenap komponen bangsa ini prihatin, cemas, takut menyelimuti perasaan bangsa Indonesia, bahkan seluruh dunia.
Pada saat korona ini diumumkan yang terjangkit hanya 2 orang saja, setelah 3 bulan berjalan sekarang sudah 23.800 an lebih. Pemerintah berupaya dengan sekuat tenaga untuk menyelamatkan anak bangsa ini dengan segala ikhtiyarnya, mulai dari peralatan medis, tenaga medis, edukasi masyarakat, partisipasi stake holder, semua dilakukan untuk melawan pandemi yang sedang kita alami bersama ini.
Elemen masyarakat semua berpartisipasi, mulai warga biasa, pejabat, Tentara, Kepolisian, organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, pengusaha, bahu membahu untuk menyelesaikan wabah bersama, dengan ikhtiyar bersama, dan semoga mendapatkan kesuksesan bersama dengan selamatnya semua anak bangsa ini dari wabah korona.
Salah satu elemen bangsa ini adalah lembaga Pondok Pesantren yang jumlahnya tidak kurang dari 8000 Pesantren dengan santri diperkirakan juta-an di berbagai wilayah Indonesia ini. Pesantren Juga sejak bulan maret ikut berpartisipasi untuk menyelamatkan warga Indonesia dari wabah Korona ini. Beberapa hal telah dilakukan pesantren sejak bulan maret itu, di antaranya mendirikan posko-posko relawan untuk membantu masyarakat dalam menghadapi wabah, bakti sosial baik yang sifatnya dengan tenaga atau bantuan sembako dan alat-alat medis.
Pesantren juga membantu ketertiban dan keamanan masyarakat, Pesantren juga menyesuaikan proses belajar mengajarnya, sehingga ketika pemerintah menganjurkan untuk menjalankan protokol kesehatan, social distance, dalam menghadapi wabah, sebagian besar santri pesantren dipulangkan ke orang tuanya masing-masing. Pesantren juga menjalankan koordinasi intensif dengan dinas terkait dalam rangka mewujudkan kehidupan pesantren yang higienis, aman, tertib, warga pesantren dapat selamat dari wabah ini.
Pesantren juga berpartisipasi melakukan edukasi ke masyarakat baik melalui pamlet, media sosial elektronik, cetak, online, maupun secara langsung terjun di tengah masyarakat. Selain usaha-usaha lahir tersebut sebagaian besar santri dan kyai-kyai sepuh juga melakukan ikhtiyar bathin dengan memperbanyak doa, istighosah, tirakat, shadaqahan sebagai sarana munajat, memohon perlindungan kepada Allah semoga semoga anak bangsa Indonesia ini selamat, diberi kekuatan, kesabaran untuk menyelesaikan dan menghadapi wabah korona ini.
Sudah banyak yang dilakukan oleh pesantren dalam rangka saling membantu, menolong kepada sesama anak bangsa dalam menghadapi kesulitan wabah ini. Sekarang yang menjadi pemikiran para pengelola pesantren adalah menjaga keistiqamahan, kontinuitas keberlangsungan proses belajar mengajar di Pondok Pesantren seluruh Indonesia yang santrinya berjumlah jutaan ini, di tengah wabah korona yang jumlahnya terus meningkat dari hari ke hari.
Ciri khas pembelajaran di Pondok Pesantren menekankan adanya integrasi antara aspek nalar intelektual, emosional, spiritual. Dalam hal ini proses pembelajarannya selalu mengedepankan suri tauladan dari para pengasuh pesantren, yang kemudian mewajibkan santri untuk berdiam diri di pesantren 24 jam, tidak boleh pulang, berpisah dari keluarga dan sanaknya. Para santri di ajari ilmu-ilmu teoritis, ilmu-ilmu praktis, dan beribadah dengan bimbingan para kyai-kyai Pesantren. Mereka belajar atau ngaji, makan, tidur, bermain, olahraga, ibadah, mencuci pakaian, mandi, bermain dalam satu lingkungan Pesantren.
Praktis Pesantren yang jumlah santri nya banyak akan semakin banyak terjadinya kegiatan kolektif, komunalisme, penumpukkan, kerumunan, atau interaksi sosialnya tinggi. Ini belum lagi kalau jumlah santri banyak, sedang fasilitas, infrastruktur, pengurus pesantren atau sumber daya manusia nya terbatas. Memang pesantren selalu berprinsip dengan kebersahajaan, kesederhanaan, keikhlasan, kebersamaan, dalam menjalani proses belajar mengajarnya. Dalam kondisi seperti ini membuat pengelola pesantren berpikir keras untuk terus ikhtiyar supaya keistiqamahan pesantren tetap terjaga dalam kondisi wabah ini.
Jika dibandingkan dengan institusi yang lain, misalnya perusahaan notabene pemodal besar dan relative bisa diatur interaksi sosialnya, Sekolah-sekolah formal mulai Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi sudah terbiasa dengan proses pembelajaran klasikal, yang ini lebih mudah untuk mengatur social distance, di pusat-pusat perbelanjaan juga relatif mudah mengatur interaksi antar karyawan dan pengunjungnya, tetapi mengelola pesantren di tengah pandemi dengan karakteristik kehidupannya mungkin mengalami tingkat kesulitan paling tinggi. Untuk itu Ini menjadi pemikiran dan masalah bersama agar institusi pendidikan tertua yang sudah berjasa menjaga dan mengisi bangsa ini tetap terjaga proses pembelajarannya (tarbiyah).
Hal penting harus dilakukan dalam membantu pesantren di antaranya adalah mewujudkan kesiapan pesantren dalam menjaga kesehatan para santri. Mungkin Pesantren di beri pasokan vitamin-vitamin kekebalan tubuh, obat-obatan, agar para santri tetap segar selama berada di pesantren, di beri bantuan peralatan-peralatan kesehatan mulai pengukur suhu tubuh, ruang isolasi dengan variabelnya, dibantu selalu di semprot disenfektan, dilakukan pengecekan kesehatan secara berkala, bantuan tenaga medis, bantuan financial operasional kesehatan, bantuan sembako, bantuan tenaga ahli Informasi dan Teknologi (IT).
Problematika ini bisa saja lebih berat ketika Pondok Pesantren nya berada di daerah, belum bisa mandiri dalam menjalankan pembelajarannya, masih mengandalkan pemasukan dari iuran para santri yang terbatas, maka model pesantren seperti akan mengalami tingkat kesulitan yang lebih berat lagi, dan ini membutuhkan partisipasi kita semua untuk membantunya.
Sekarang mulai disuarakan kepada masyarakat untuk bersiap menjalani new normal (sebuah tatanan kehidupan baru) di tengah wabah korona covid-19. Pertanyaanya adalah Bagaimana kesiapan Pondok Pesantren menjalani strategi new normal ini?, di balik kesederhanaannya, keterbatasannya, keikhlasannya, kebersahajaannya.
Kehidupan new normal merupakan sebuah stretegi untuk menjalani aktivitas seperti biasa tetapi dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Mulai dari tidak boleh ada kerumunan masa dalam jumlah banyak, tetap menjaga jarak (physical distance), menjaga ketahanan tubuh yang prima, selalu cuci tangan memakai sabun, hand sanitizer, selalu memakai masker, pengecekan kesehatan secara berkala, tidak boleh bertemu dengan orang yang terjangkit, tidak boleh keluar bepergian ke daerah yang terjangkit korona dan lain sebagaiannya.
Mungkin sepengetahuan penulis yang sulit dilaksanakan oleh pesantren adalah tidak terjadinya kerumunan ini, mengingat selama ini di Pesantren dengan jumlah populasi warga pesantren yang banyak, mereka belum mampu untuk menyiapkan fasilitas sesuai dengan standar kesehatan yang membatasi dengan jumlah tertentu. Misalnya dalam proses belajar pengajian bandongan, peserta pengajian sesuai dengan jumlah santri. Jika santrinya 1000 ya peserta pengajiannya juga 1000. Belum lagi kalau waktu kegiatan shalat berjamaah, shalat jumat, doa bersama dan lain sebagainnya.
Mengingat kondisi Pondok Pesantren secara geografis banyak yang terletak di provinsi Jawa Timur, dengan tingkat penderita covid 19 relatif banyak, per 27 mei 2020 mencapai 4112 terkonfirmasi. Jawaban untuk problematika pesantren di tengah pandemi korona ini menjadi tanggung jawab kita bersama, mulai Pemerintah yang berwenang, pengelola Pesantren, dan masyarakat secara umum.
Strategi apa yang relevan dengan Pesantren menjadi kajian bersama-sama, sehingga nanti memperoleh kesuksesan bersama para santri tetap berjalan pengajiannya, pengasuh pesantren tetap mengalir jariyahnya, pemerintah juga di beri kesabaran menjalankan program-programnya. Kita yakin senyampang semuanya dijalani dengan prinsip kebersamaan, keikhlasan pasti akan mendapatkan pertolongan Dari Allah Swt. Amiiin. Wa Allahu A’lam bi al-Shawab.
Identitas Penulis
*Penulis adalah Pengajar IAIN Tulungagung dan Mustasyar NU Blitar.
_____________________
**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.