Puskesmas Siapkan Tes TBC Cepat ala Rapid Test Covid

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin setelah memberikan ceramah kesehatan di UMSIDA. Sumber foto: www.detik.com
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin setelah memberikan ceramah kesehatan di UMSIDA. Sumber foto: www.detik.com

LINTASJATIM.com, Sidoarjo – Upaya pemerintah dalam menekan angka tuberkulosis (TBC) di Indonesia memasuki babak baru.

Melalui inovasi skrining cepat yang mirip dengan rapid test Covid-19, masyarakat kini bisa menjalani pemeriksaan TBC secara praktis di puskesmas tanpa harus menunggu hasil laboratorium berhari-hari.

Bacaan Lainnya

Dikutip dari detikJatim.com, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Presiden Prabowo Subianto memberi perhatian khusus terhadap percepatan pemberantasan TBC yang hingga kini masih menjadi penyakit menular dengan angka kematian tertinggi di Indonesia.

“Kalau bisa cepat skrining atau cepat preventif, obatnya sebenarnya sudah ada. Yang penting kita tahu lebih dulu siapa yang kena,” ujar Budi usai memberikan ceramah kesehatan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), Minggu (9/11/2025).

Menurut Budi, tantangan terbesar dalam penanganan TBC adalah deteksi dini, karena gejalanya sering disalahartikan sebagai batuk biasa. Sementara itu, pemeriksaan laboratorium konvensional membutuhkan waktu lama serta peralatan khusus yang tidak semua daerah memilikinya.

Untuk menjawab kendala tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kini mengembangkan alat tes TBC berukuran kecil dengan hasil cepat dan akurat.

“Pemeriksaan bisa dilakukan langsung di puskesmas atau klinik, tanpa perlu dirujuk ke rumah sakit,” jelas Budi.

Alat tersebut menjadi bagian dari layanan inovatif One Stop Service (OSS), yakni sistem pemeriksaan satu atap yang mencakup rontgen dada, pemeriksaan POCT (Point of Care Testing), dan Tes Cepat Molekuler (TCM) dalam satu kunjungan.

“Dengan OSS, masyarakat bisa mendapatkan layanan skrining lengkap tanpa harus berpindah tempat. Semua pemeriksaan cukup dilakukan sekali datang,” tambahnya.

Program OSS ini sudah melalui tahap uji coba awal (pre-pilot) di delapan puskesmas di Bandung, Kota Bogor, dan Kota Semarang.

Uji coba tersebut melibatkan Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Bank Dunia sebagai mitra pengembangan. Setelah berhasil di tahap awal, program ini akan diperluas ke 100 puskesmas di delapan provinsi pada tahun depan.

Budi juga menyebut bahwa Jawa Timur menjadi salah satu provinsi prioritas perluasan program karena menempati urutan kedua tertinggi kasus TBC nasional, yakni sebanyak 116.538 kasus, berada di bawah Jawa Barat.

“Kalau skrining bisa dilakukan cepat dan pengobatan dimulai sedini mungkin, kita bisa menekan angka TBC jauh lebih cepat. Targetnya, Indonesia bebas TBC lebih awal dari prediksi WHO,” pungkasnya.

Pos terkait