LINTASJATIM.com, Banyuwangi – Debat paslon cabup – cawabup Banyuwangi 2024 telah memasuki Debat publik ke-2 yang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta di Surabaya pada Minggu malam (10/11/2024) pukul 19.00 Wib.
Dimana dalam debat publik ke-2 yang mengusung tema menyelesaikan persoalan daerah dan meningkatkan pelayanan masyarakat telah berjalan dengan aman, lancar dan damai.
Sementara itu, Choirul Anwar pendiri Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Popoku berkah Banyuwangi saat ditemui media terkait debat publik ke-2 yang membahas tentang Economi Sirkular memberikan penjelasanya terkait hal tersebut.
“Pada waktu debat publik, saat paslon cawabup nomor urut 01 Mujiono ketika bertanya ke cawabup paslon dengan nomor urut 02 Ali Ruchi tentang penjelasan economi sirkular. Disitu saya melihat dan mendengarkan jawaban dari bapak Ali Ruchi yang menurut saya tidaklah tepat dengan apa yang ditanyakan bapak Mujiono,” kata Choirul.
Menurut Choirul, jawaban dari Ali Ruchi berkutat tentang investor sedangkan pertanyaannya tentang economi sirkular yang tidak lain adalah tentang perputaran mengolah sampah menjadi bernilai rupiah.
“Jadi menurut saya sangat menyimpang dari pertanyaan tersebut. Saya sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan pihak pemerintah kabupaten Banyuwangi dalam menangani permasalahan sampah. Dimana persoalan sampah saat ini menjadi kedaruratan penanganan hampir di seluruh wilayah Indonesia,” imbuhnya.
Dengan terobosan-terobosan pemkab Banyuwangi yang salah satunya telah bekerjasama dengan pihak luar negeri yaitu negara Norwegia melalui PT Systemic mendirikan sebuah bangunan TPS 3 R dalam penanganan dan pengolahan sampah.
“TPS 3 R tidak bisa kita pungkiri akan keberadaanya sangatlah dibutuhkan dan merupakan salah satu tindakan penerapan pengolahan sampah dalam Undang – undang persampahan no.18 tahun 2008,” tambah Choirul.
Meski demikian, menurut Choirul persoalan sampah tidak lah mudah seperti kita membalikan telapak tangan. Dan dengan adanya TPS 3 R di situlah adanya nilai economi sirkular dimana yang tadinya hanya sampah kemudian dipilah, dipilih dan diolah menjadi barang-barang yang bernilai jual kembali.
Dengan adanya TPS 3 R dapat mengurangi angka pengangguran lewat pemberdayaan masyarakat dengan cara merekrut penduduk sekitar untuk menjadi salah satu pegawai. Mulai dari tim edukasi, tim pengambil sampah, tim pemilah dan sampai finishing sampah yang sudah menjadi salah satu bahan baku meterial produksi.
“Menurut pengamatan dan penilaian saya pribadi khususnya tentang sampah yang ada di Banyuwangi setidaknya langkah bupati Ipuk Fiestiandani sebagai kepala daerah, telah menerapkan dan masih terus memperbaiki proses penanganan sampah yang lebih baik lagi,” tutupnya.
Choirul menilai, masih banyak kepala daerah yang tidak peduli atau acuh tak acuh terhadap penanganan Sampah. Dirinya berharap ke depannya program – program untuk penanganan sampah terus ditingkatkan dan diperbanyak TPS 3 R.