LINTASJATIM.com, Surabaya – Keputusan bahwa pesantren Darussa’adah Lampung dijadikan lokasi Muktamar NU, ditolak oleh mayoritas pengurus wilayah dan cabang NU se-Indonesia. Mereka menolak karena pengasuh pesantren Darussa’adah dinilai cacat moral. Demi ambisi pribadi, pengasuh pesantren menggugat Rais Aam PBNU.
KH Abdullah Latopada, Katib Syuriyah PWNU Sulawesi Tengah mengatakan bahwa pihaknya tidak rela Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar hadir di Pondok Pesantren Darussa’adah, dimana KH Muhsin Abdillah (pengasuh Darussa’adah) sudah mengajukan gugatan terhadap Rais Aam.
“Ini merupakan kesalahan moral, dimana Rais Syuriyah PWNU Lampung, Muhsin Abdillah secara nyata dan terbuka menjadikan Rais Aam sebagai lawan hukumnya,” kata KH Abdullah Latopad melalui rilis, Minggu (12/12/2021).
Sebagai informasi, Muhsin Abdillah secara terang-terangan telah menggugat Rais Aam PBNU karena dia menilai Rais Aam telah mengubah jadwal Muktamar. Muhsin takut jika jadwal diubah, maka pesantrennya tidak bisa digunakan sebagai lokasi Muktamar.
“Gugatan dilayangkan Muhsin ke PN Tanjung Karang,” ujarnya.
Selain itu, imbuh KH Abdullah Latopad, Muhsin juga menyurati Kapolri untuk tidak memberikan izin Muktamar yang dipercepat dengan alasan yang tidak jelas.
“Walaupun gugatan sudah dicabut, pencabutan itu tidak menggugurkan kesalahan moralnya. Dia sudah secara terbuka menyatakan Rais Aam sebagai lawan hukumnya. Menjadikan Darussa’adah sebagai tempat Muktamar berarti memaksa Rais Aam datang ke sana. Itu pelecehan berat terhadap Rais Aam,” tandas Abdullah Latopada
Ditemui berbeda, Sekretaris PWNU Jawa Timur, Prof Ach Muzaki juga menilai apa yang telah dilakukan Muhsin sangat cacat moral dan tidak pantas dilakukan oleh tokoh sekelas Rais Syuriah.
“Gugatan Syuriyah PWNU Lampung bukan isapan jempol. Riil. Bahkan Rais dan Katib Lampung berkirim surat ke kapolri. Sudah sehancur inikah akhlak kita kepada kiai sepuh? Sudah serusak inikah akhlak nahdliyah kita? Sudah sebobrok itulah akhlak berorganisasi kita? Ini PR besar kita di NU. Sebagai khadam di NU, nurani saya terusik,” keluh Muzaki.
Sebagai pelayan organisasi, imbuhnya, Muzaki merasa tersakiti oleh aksi akrobatik seperti ini.
“Masihkah kita diam membiarkan mereka berlaku culas?,” kata Muzaki.
Sementara itu, KH Marahalim Harahap, PWNU Sumatera Utara mengatakan bahwa apa yang dilakukan Muhsin Abdillah sangat tidak pantas sehingga pesantrennya pun juga sangat tidak layak untuk didatangi Rais Aam.
“Sangat tidak pantas karena tidak menjunjung budaya ulama. Pesantrennya pun sangat tidak pantas untuk lokasi Muktamar,” pungkas Marahalim.