Tidur Diatas Meja Hingga di Dalam Lemari, Begini Cerita Nakes Kota Kediri Saat Kelelahan Tangani Covid

Tenaga Kesehatan RSUD Gambiran Kediri yang Kelelahan Menangani Pasien Covid-19
Tenaga Kesehatan RSUD Gambiran Kediri yang Kelelahan Menangani Pasien Covid-19

LINTASJATIM.com, Kediri – Kasus Covid-19 di Kota Kediri mengalami peningkatan. Hal ini membuat tenaga kesehatan (Nakes) RSUD Gambiran kewalahan. Mereka harus bekerja lebih ekstra dengan risiko tinggi.

“Pasien yang datang tak berhenti, akhirnya terjadi penumpukan di IGD. Itu yang membuat kami stres. Pasien yang datang duluan belum dapat kamar, sudah ada lagi pasien baru,” ucap Gigih, Kepala Ruang IGD RSUD Gambiran Kota Kediri, Kamis (1/7/2021).

Bacaan Lainnya

Total kapasitas IGD RSUD Gambiran hanya 18 bed. Namun sejak terjadi lonjakan kasus Covid-19, jumlah pasien yang datang tak kurang dari 30 orang setiap harinya. Sementara, tenaga medis terdiri dari 34 perawat dan bidan, serta 20 dokter yang disiagakan untuk bekerja secara bergilir.

“Satu sisi kami harus melayani pasien dengan baik. Di sisi lain kami juga menjaga diri agar tidak terpapar. Satu tenaga medis sangat berarti dalam situasi seperti ini, jangan sampai ada yang sakit,” imbuh Gigih.

Pasien yang datang ke IGD juga bervariasi. Mulai dengan gejala ringan hingga berat. Sebagian besar dari mereka memiliki gejala batuk, kehilangan indra penciuman, hingga sesak napas dengan saturasi oksigen yang rendah.

“Akhir-akhir ini banyak pasien dalam keadaan tidak bagus. Saturasi di bawah 90, frekuensi napas lebih dari 30,” jelasnya.

Seluruh nakes berusaha untuk saling menguatkan di situasi seperti ini. Tak jarang mereka juga memberi kesempatan rekannya untuk beristirahat, jika benar-benar tak mampu lagi bekerja. Belum lagi ketatnya Alat Perlindungan Diri (APD) yang membuat gerah dan berkeringat.

Jika lelah dan mengantuk tak lagi bisa ditahan, mereka sering mencuri kesempatan untuk tidur di meja, hingga bersembunyi di dalam lemari besar IGD.

“Di IGD ada lemari besar, kami sembunyi di dalam. Nyuri-nyuri waktu untuk duduk atau sekedar bersandar. Kadang tak terasa sampai tertidur sebentar. Lelah, kami sangat lelah,” tegas Gigih.

Di tengah tekanan fisik dan psikis yang sangat besar, tak jarang mereka masih menghadapi permintaan keluarga pasien yang bertentangan dengan aturan. Juga tudingan ‘sengaja dicovidkan’ dari keluarga pasien yang membuat semangat mereka turun.

Direktur RSUD Gambiran, dr. Fauzan Adima M.Kes menjelaskan, stigma tersebut tidak bisa dipungkiri masih berkembang di masyarakat. Pemahaman yang berbeda tentang Covid-19 membuat masyarakat sering menyepelekan keberadaan virus berbahaya ini.

“Kami berpegang teguh pada standar penanganan Covid-19. Kalau memang menunjukkan adanya virus dari hasil pemeriksaan laboratorium, ya kami sebut Covid. Kalau bukan ya, bukan,” tandasnya.

Kalau boleh berharap, lanjutnya, pihaknya juga ingin semua pasien yang datang ke rumah sakit negatif. Karena ia mengaku bahwa petugas sudah sangat kelelahan.

“Kami berharap kepada masyarakat khususnya, untuk tidak mendiskreditkan nakes jika pelayanan yang diberikan kurang berkenan. Namun, kami akan tetap menerima masukan dan saran,” ucapnya.

Kemudian, ia juga meminta agar masyarakat memahami situasi ini dan membantu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan apabila beraktivitas di luar rumah.

“Mereka punya keluarga, mereka juga berisiko. Belum tentu mereka kuat, mudah-mudahan masyarakat memahami,” pungkas Fauzan.

Pos terkait