LINTASJATIM.com – Akhir bulan Agustus lalu, Indonesia mengalami guncangan sosial politik. Demonstrasi yang berujung pada anarkisme dan penjarahan menjadikan reputasi Indonesia sebagai negara yang moderat dan toleran mendapatkan tantangannya.
Ditengah fenomena sosio-politik yang menyeruak ini, lahir sebuah karya akademik yang ditulis oleh Prof. M. Mas’ud Said, MM, Ph. D. Sebuah buku yang berjudul ‘Konflik, Perdamaian dan Resolusi Konflik’, ditulis dengan satu harapan besar bahwa walaupun konflik menjadi satu keniscayaan manusia, namun sebenarnya ia bisa dinegosiasikan dan dimanage dengan baik, untuk kemajuan peradaban bangsa.
Buku setebal 198 halaman ini, menyajikan menu pembahasan yang variatif. Diracik tak hanya konseptual, namun juga operasional. Sajian ini melahirkan cita rasa akademik yang dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang dipadu dengan formulasi praktis.
Hal ini sangat relevan, mengingat potensi konflik bagi negara multi partai, multi agama dan multi etnis ini, bagai api dalam sekam, yang sewaktu-waktu bisa membakar kebhenikaan nusantara.
Sebuah buku yang tak sekadar hadir untuk menjadi bacaan akademik, melainkan tawaran gagasan praktis untuk membangun masa depan yang lebih damai. Dalam buku ini, Cak Ud, sapaan akrab Direktur Pascasarjana Universitas Islam Malang ini, dapat dipahami sebagai manifesto perdamaian yang lahir di ruang akademik. Menempatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan sebagai instrumen penyelesaian konflik dan penguatan harmoni sosial.
Secara garis besar, buku ini memetakan tema-tema fundamental: dari jenis dan sumber konflik, teori manajemen konflik, strategi resolusi, hingga pembangunan perdamaian berbasis pendidikan dan multikulturalisme.
Struktur buku yang sistematis membawa pembaca menapaki jalan panjang pemahaman konflik. Mulai dari akar persoalan, dinamika, hingga metode penanganan yang bisa diimplementasikan di berbagai level, baik dalam keluarga, organisasi, masyarakat, maupun negara.
Tidak hanya berhenti pada teori, penulis juga menawarkan perangkat metodologis berupa strategi negosiasi, mediasi, dan rekonsiliasi membuat buku ini relevan dibaca bukan hanya oleh akademisi, tetapi juga praktisi lapangan.
Sajian ini wajar belaka, mengingat penulisnya sudah malang melintang baik pada level nasional sampai lokal, tak hanya sebagai praktisi, namun juga akademisi sekaligus aktivis sosial.
Prof. Masud Said menghadirkan perspektif bahwa konflik bukan semata ancaman, tetapi sebuah peluang untuk membangun konsensus baru jika dikelola secara tepat. Dengan makna lain, bahwa konflik merupakan satu hal yang built in dalam organisme bernama manusia.
Mengutip pendapatnya Dahrendorf, penulis mengungkapkan bahwa setiap elemen masyarakat memiliki potensi menyumbang benih perpecahan dan perubahan di masyarakat. Sehingga dapat dipahami bahwa setiap individu bisa berkonstribusi dalam perpecahan (hlm. 73).
Inilah insight penting yang ditawarkan buku ini, bahwa konflik bukan untuk dihindari, melainkan untuk dipahami dan diselesaikan secara kreatif menuju harmoni dan perdamaian yang lebih konstruktif.
Lebih jauh, bab mengenai pendidikan perdamaian dan multikulturalisme memberi nilai tambah istimewa. Ia membuka ruang bahwa perdamaian bukan hanya agenda politik atau keamanan, melainkan proses pembelajaran jangka panjang yang harus diinternalisasikan melalui pendidikan, sejak bangku sekolah hingga perguruan tinggi.
Pendidikan perdamaian yang dimaksud bukan sekadar materi formal, melainkan kultur yang menumbuhkan empati, toleransi, dan penghargaan atas keberagaman. Penulis, sengaja mengutip kurikulum yang sudah diimpelemtasikan di UGM dan Universitas Pertahanan tentang bagaimana konflik dan perdamaian bisa dipelajari dan dipahami sebagai sebuah ilmu (science).
Dengan gaya penyusunan yang terstruktur, buku ini penting sebagai referensi akademik, namun juga inspiratif sebagai panduan praktis. Para dosen dan mahasiswa dapat menjadikannya sebagai pegangan teoritis.
Para aktivis, mediator, maupun pejabat publik dapat memanfaatkannya sebagai manual resolusi konflik di lapangan. Lebih dari itu, bagi masyarakat umum, buku ini mengajak kita untuk tidak mudah terjebak dalam logika permusuhan, tetapi melatih cara pandang damai dan dialogis.
Membaca Konflik, Perdamaian, dan Resolusi Konflik sama artinya dengan diajak menimbang ulang cara kita memahami kehidupan sosial yang penuh gesekan.
Buku ini bukan hanya memaparkan persoalan, melainkan juga menyodorkan jalan keluar. Di situlah letak signifikansinya, menghadirkan perdamaian bukan sebagai utopia, melainkan sebagai praksis yang bisa dipelajari, diajarkan, dan diwujudkan. Selamat membaca!
Judul Buku : Konflik, Perdamaian dan Resolusi Konflik
Penulis : Prof. M. Mas’ud Said, MM., Ph. D
Penerbit : Kompas Gramedia
Tahun Terbit : 2025
Peresensi/ resensator : Winarto Eka Wahyudi