LINTASJATIM.com, Sidoarjo – Dosen Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (UNUSIDA), Rif’atul Anita, M.Pd, kembali menorehkan prestasi membanggakan.
Karya seni berupa Tari Dewi Sekardadu yang digagasnya dalam mata kuliah Pembelajaran Seni Tari telah resmi mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Tarian ini menjadi bukti nyata bahwa pembelajaran di perguruan tinggi dapat menghasilkan produk kreatif yang bernilai budaya, edukatif, dan dapat diadopsi oleh masyarakat luas.
Kepala Prodi PIAUD UNUSIDA tersebut tercatat sebagai pencipta tarian khas yang mengangkat sosok legendaris daerah tersebut. Ia mengungkapkan bahwa penciptaan Tari Dewi Sekardadu merupakan bagian dari inovasi pembelajaran.
“Saya ingin mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mampu menghasilkan produk nyata yang membumi, dan dapat menjadi kontribusi nyata dalam pelestarian budaya lokal,” ungkapnya kepada LINTASJATIM.com, Kamis (24/7/2025).
Tari Dewi Sekardadu digarap secara kolaboratif oleh tim tari mahasiswa yang diketuai oleh Dewi Asmara Sari, dengan dukungan dari dosen dan pihak kampus. Proses kreatifnya melibatkan berbagai tahapan mulai dari studi literatur hingga eksplorasi gerak dan pembuatan musik iringan.
“Tarian ini terinspirasi dari sosok legendaris Dewi Sekardadu, ibu dari Sunan Giri, yang dikenal sebagai perempuan tangguh, anggun, dan penuh pengorbanan. Nilai-nilai itu kami angkat sebagai pesan moral dalam tarian,” jelasnya.
Seperti dalam proses produksi musik pengiring, tim kreatif berupaya menghadirkan nuansa Islamic Java Modern. Musiknya merupakan kolaborasi unik antara instrumen tradisional Jawa seperti seruling dan woodwind, dengan instrumen modern seperti drum, keyboard, bass, dan gitar.
Genre musik yang dipilih adalah Melayu Islami, mencerminkan karakter khas Nahdlatul Ulama.
Tarian ini juga dirancang untuk merepresentasikan nilai-nilai keislaman, keteladanan perempuan, serta kekayaan budaya lokal yang dikemas dalam bentuk pertunjukan edukatif dan estetis.
Oleh karena itu, kehadirannya sangat relevan untuk ditampilkan dalam berbagai forum, baik pentas seni daerah, seminar pendidikan anak, kegiatan pesantren, hingga event kebudayaan berskala internasional.
Sebagai karya khas PIAUD UNUSIDA, Tari Dewi Sekardadu diharapkan menjadi ikon budaya kampus yang memperkuat identitas keilmuan dan keislaman.
“Kami ingin menjadikan tarian ini sebagai representasi kekayaan intelektual kampus. Bahwa dari mata kuliah, bisa lahir karya seni yang punya makna, nilai, dan daya saing budaya,” tambahnya.
Penciptaan tarian ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk dari pegiat seni daerah Ahmad Wahyudi, S.Pd., yang turut berperan sebagai fasilitator publikasi dan promosi karya.
Ia berharap Tari Dewi Sekardadu dapat bertransformasi menjadi karya seni yang bermakna, mengangkat kearifan lokal, dan menegaskan komitmen UNUSIDA dalam mendidik generasi muda yang kreatif, religius, dan cinta budaya.
“Kami mendukung penuh karya-karya mahasiswa yang bernilai edukatif dan budaya seperti ini. Dengan HKI yang telah terbit, kami berharap Tari Dewi Sekardadu bisa menjadi ikon lokal yang menginspirasi banyak pihak,” pungkasnya.