LINTASJATIM.com, Sidoarjo – Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bakal menggelar kongres pendidikan Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada Rabu (22/1/2025) sampai Kamis (23/1/2025) mendatang.
Dalam rangka menyambut agenda tersebut, terdapat sejumlah acara pra kongres diantaranya adalah dengan menggelar sejumlah seminar nasional dalam 3 sesi.
Sesi pertama di Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) pada Selasa (7/1/2025), sesi 2 di Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) pada Rabu (8/1/2025), serta sesi 3 di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Kamis (9/1/2025).
Dalam seminar nasional pra kongres seri 2 di Unusida mengusung tema ‘Mencari Format Pendidikan Tinggi NU yang Ideal’ menjadi bahasan utama yang disampaikan oleh 3 narasumber. Yaitu Dr. Ir. Syamsul Arifin, M.T dengan tema ‘Transformasi Kurikulum Berbasis Keunggulan’, Prof. Dr. Ojat Darojat, M. Bus, Ph.D dengan tema ‘ Transformasi Strategis Perguruan Tinggi NU’, dan Prof. Masdar Hilmy, S.Ag, MA, Ph.D dengan tema pembahasan ‘Redesain Kurikulum untuk Pendidikan Masa Depan’.
Dalam sambutannya, Rektor Unusida H Fatkul Anam menyampaikan, seminar ini merupakan bagian dari upaya untuk menyambut kongres pendidikan NU.
Hal ini menjadi sebuah momentum penting untuk merumuskan langkah-langkah strategis bagi pengembangan pendidikan di lingkungan Nahdatul Ulama mulai dari TK/RA, SD/MI, Sekolah Menengah, Pendidikan di Pondok Pesantren dan Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU).
“Suatu kehormatan hari ini Unusida di usia yang menginjak 10 tahun ditunjuk untuk menjadi penyelenggara seminar nasional Pra Kongres Pendidikan NU,” ungkapnya saat menyampaikan laporan saat pembukaan Seminar Nasional Pra Kongres Pendidikan NU di Aula Kantor PCNU Sidoarjo, Rabu (8/1/2025).
Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid, diikuti 954 peserta secara online 954 dan offline diikuti sebanyak 85 peserta.
Sementara itu, ketua PCNU Sidoarjo, KH Zainal Abidin mengungkapkan, pihaknya selalu mendukung perkembangan Perguruan Tinggi di bawah naungan Nahdlatul Ulama.Sebab, seringkali NU dianggap tidak bisa mengurusi Perguruan Tinggi, Sekolah, Rumah Sakit serta Pengelolaan Keuangan yang baik dan terpercaya.
Akan tetapi, melalui upaya yang dilakukan oleh PCNU Sidoarjo sejauh ini, dapat menampik anggapan miring bahwa NU hanya bisa mengurus pondok pesantren.
Hal tersebut dibuktikan dengan perkembangan dari tahun ke tahun bahwa perguruan tinggi yang dikelola oleh kader-kader NU sekarang menjadi perguruan tinggi yang luar biasa. Juga pengelolaan pendidikan di setiap jenjang, pengelolaan fasilitas kesehatan, hingga pengelolaan keuangan dapat dikelola oleh kader NU secara professional.
“Saya optimis, PTNU kita semakin hari akan semakin dipertimbangkan orang dan semakin menjadi rujukan seluruh masyarakat Indonesia. NU dapat menyebarkan kebermanfaatan dan kemaslahatan untuk semuanya,” pungkasnya.
Sekretaris Lembaga Perguruan Tinggi (LPT) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), M. Faishal Aminuddin menyampaikan 2 hal penting dalam pengembangan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU).
Pertama, terkait dengan pengelolaan pendidikan tinggi di NU. Ia menyoroti bahwa meskipun NU memiliki banyak sumber daya manusia (SDM), masih ada tantangan serius, terutama dalam hal kualifikasi dosen.
Sebanyak 79,8% dosen di perguruan tinggi NU hanya memiliki gelar S2, padahal untuk menjadi kiai (guru besar) di perguruan tinggi idealnya memiliki gelar S3. Hal ini penting karena S3 berfokus pada riset yang dapat menghasilkan ilmu pengetahuan baru, bukan sekadar mengajarkan materi lama.
Kedua, Faishal menyampaikan pentingnya infrastruktur pendidikan, mengingat mahasiswa kini seringkali menilai sebuah kampus berdasarkan fasilitas fisik seperti gedung. Namun, beliau juga menekankan bahwa opsi pendidikan online bisa menjadi alternatif untuk mengurangi biaya perawatan gedung yang besar.
“Hasil diskusi dalam seminar nasional ini dapat menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan tinggi NU, yang juga akan dibahas dalam Kongres yang akan datang, yang mencakup seluruh jenjang pendidikan dari prasekolah hingga perguruan tinggi di bawah Nahdlatul Ulama,” ungkapnya.
Salah satu narasumber, Syamsul Arifin menerangkan tentang pentingnya memahami peran pendidikan tinggi dalam mempersiapkan lulusan yang memiliki kemampuan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Salah satu pendekatan yang sedang banyak dibicarakan adalah Outcome-Based Education (OBE), yang menekankan bahwa lembaga pendidikan harus fokus pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan agar dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.
Melalui pengajaran dan kurikulum yang berbasis pada Outcome-Based Education, dosen dan guru diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang siap dan mampu mengatasi tantangan di masyarakat.
Dengan demikian, pendidikan tinggi harus memastikan bahwa setiap lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia nyata, agar proses pendidikan tidak hanya untuk menghasilkan angka atau sertifikat, tetapi untuk memberi manfaat yang lebih luas.
“Pentingnya amanah yang diemban oleh pendidik baik dosen atau guru untuk mencetak generasi yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki kontribusi positif untuk masyarakat. Oleh karena itu, sebagai seorang dosen, penting untuk menyampaikan materi yang jelas manfaatnya bagi mahasiswa,” katanya.
Dosen ITS tersebut menjelaskan format pendidikan NU ideal harus berfokus pada pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia, dengan perhatian khusus pada peran NU dalam memberikan kontribusi terhadap sistem pendidikan yang lebih baik.
Ia menekankan pentingnya kualitas pendidikan yang dapat dibuktikan dengan evidence yang kuat. Dengan kualitas pendidikan di setiap jenjang pendidikan tinggi.
“Pertanyaan asesor pendidikan memang sangat tajam, yang membutuhkan jawaban konkret atau pembuktian dengan argumen yang jelas, sementara pertanyaan malaikat langsung menguji nilai amal tanpa bukti fisik. Artinya keberadaan PTNU harus memberikan manfaat yang konkret bagi masyarakat,” pungkasnya.