STAI Diponegoro Sukses Adakan Pelatihan Moderasi Beragama

Pelatihan Kader dan Duta Moderasi Beragama STAI Diponegoro Tulungagung
Pelatihan Kader dan Duta Moderasi Beragama STAI Diponegoro Tulungagung

LINTASJATIM.com, Tulungagung – Acara Pelatihan Kader dan Duta Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh KKPL Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Diponegoro Tulungagung dengan MA Al-Hidayah PPTQ Al-Mannan Kauman Tulungagung, Selasa (17/12/2024) ini berjalan lancar.

“Kegiatan pelatihan ini diikuti mayoritas mahasiswa KKPL STAI Diponegoro Tulungagung dan siswa MA Al-Hidayah PPTQ Al-Mannan Kauman Tulungagung serta publik pada umumnya,” terang Ketua Panitia pelatihan, Sriana.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, pelatihan ini bagian dari program kerja KKPL Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Diponegoro Tulungagung untuk memperkuat moderasi beragama di lembaga pendidikan Islam khususnya madrasah dan pesantren.

Acara di buka oleh sambutan kepala Madrasah Aliyah Al-Hidayah, Gus Taufiq Hidayatullah yang menekankan pentingnya pelatihan ini, karena siswa atau santri MA Al-Hidayah merupakan calon-calon kader dan duta moderasi beragama nantinya ketika kembali di masyarakat.

Narasumber pelatihan ini adalah M. Kholid Thohiri yang juga instruktur Nasional Moderasi Beragama Kementerian Agama Republik Indonesia. Menurutnya moderasi beragama di Indonesia sangat urgen karena melihat beberapa fenomena keberagamaan di Indonesia.

“Pertama, pluralitas agama dan kepercayaan di Indonesia menjadi fakta yang tidak terbantahkan, sehingga pentingnya kerukunan dan perdamaian antar atau inter pemeluk agama,” ujar M Kholid.

Ia melanjutkan kedua, munculnya fenomena klaim kebenaran keagamaan di ruang publik dan media sosial yang menyulut konflik horizontal antar pemeluk agama di masyarakat.

Ketiga, munculnya ujaran kebencian yang bernuansa agama sehingga dapat menimbulkan perpecahan di kalangan umat beragama, terang ketua Program Studi PAI STAI Diponegoro Tulungagung ini.

Wakil Ketua PC ISNU Tulungagung ini menambahkan pentingnya kader dan duta moderasi beragama khususnya dari kalangan gen z, karena literasi keagamaan generasi z bersumber dari media sosial sangat mempengaruhi model keberagamaan anak-anak muda ini.

“Sehingga dibutuhkan prototype moderasi beragama yang sesuai dengan karakteristik dan pola keberagamaan anak muda,” paparnya.

Dalam pelatihan ini, ia juga mendorong untuk seluruh peserta pelatihan memaksimalkan dalam pendalaman ilmu agama di pondok pesantren ini, sebagai salah satu strategi memperkuat peran kader dan duta moderasi beragama di Indonesia. (mad)

Pos terkait