Macan Asia Kini Ditakuti Karena Kasus Corona

Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia
Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia

Oleh
Pipit Agustin, S.Pt*

Jumlah kasus positif virus (Covid-19) di Indonesia menembus angka 200.000, Selasa (8/9/2020). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terdapat 3.046 kasus baru Covid-19 kemarin sehingga totalnya sekarang 200.035 orang. (CNBCIndonesia.com/9/9/2020)

Bacaan Lainnya

Hal ini membuat sejumlah negara memberi peringatan ke warganya soal RI. Malaysia misalnya secara resmi melarang WNI masuk ke wilayahnya.

Selain Malaysia, sejumlah negara seperti Arab Saudi, Australia dan Brunei Darussalam, dan Jepang melarang WNI masuk sejak Maret.

Terbaru, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) merilis peringatan (warning level III) kepada masyarakat Negeri Paman Sam. CDC mengimbau masyarakat AS untuk tidak bepergian ke Indonesia kecuali dalam kondisi mendesak.

Imbauan itu tak lepas dari risiko tinggi tertular Covid-19 di tanah air. Ditambah lagi, menurut CDC, ada keterbatasan dari sisi fasilitas kesehatan Indonesia.

Hari ini,  Indonesia Sang “Macan Asia” itu ditakuti bukan karena taringnya, melainkan karena mengidap virus ganas Corona. Sebuah predikat yang membikin wajah merah padam lantaran malu seubun-ubun.

Ini PR besar bagi pemerintah. Sudah waktunya pemerintah melakukan koreksi total. Seharusnya, prioritas utama saat ini adalah menyelamatkan nyawa rakyat dari pandemi covid-19. Adanya 59 negara yang menutup diri dari Indonesia adalah realitas yang harus direspons segera dan serius.

Bagaimana caranya? Tingkatkan proteksi dan penyelamatan wabah di dalam negeri. Geser dulu persoalan ekonomi maupun diplomasi. Sejumlah hal yang mesti diterapkan untuk mewujudkannya, misalnya ialah memperbanyak testing dan tracing berbiaya semurah mungkin bahkan gratis.

Pemerintah dan bukan buzzer perlu bekerja keras untuk meningkatkan kepercayaan dunia internasional pada Indonesia. Kita harus membuktikan bahwa penanganan Covid-19 di Indonesia berhasil. Mobilisasi anggaran secara totalitas dari SDA yang ada, SDA milik bangsa ini.

Kerja keras dan “kerja nyata” dibuktikan dengan besarnya upaya, bukan besarnya wacana. Kembalikan pengelolaan kekayaan alam negeri dari tangan-tangan kotor korporat imperialis. Berikan kepada anak-anak negeri yang ahli dan cinta negeri. Karena kita punya banyak orang pintar dan ahli. Jangan remehkan mereka dengan mengimpor orang asing untuk mengelola SDA kita. Dengan begitu, negeri ini menjadi berdikari, berwibawa dan ditakuti karena punya “nyali”.

Semua orang percaya bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya SDA. Tapi tidak semua orang percaya bahwa telah terjadi salah kelola. Di sinilah permasalahannya. Pengelolaan SDA yang tidak tepat menyumbang angka defisit. Sehingga seolah-olah kita ini miskin. Tidak mampu menyediakan fasilitas kesehatan yang layak, dokter yang banyak dan kompeten, obat dan bahkan vaksin apalagi.

Kita berduka atas meninggalnya ratusan dokter di tanah air akibat infeksi Covid-19. Tetapi kita patut lebih berduka atas pernyataan Menkes yang cenderung menyalahkan dokter. Blame the victim. Sungguh miris.

Sekarang waktunya menyadari, pengelolaan SDA harus berprinsip pada pelayanan,  bukan transaksi dagang. Penguasa adalah pelayan rakyat, bukan korporat. Investasi terbaik adalah melalui pendidikan generasi bangsa sebagai calon-calon dokter, ilmuwan, peneliti, dsb yang dibutuhkan negara bagi kemashlahatan rakyat. Semua itu ditopang anggaran penuh dari negara, bukan biaya masing-masing rakyat.

Lebih dari itu, sebagai negeri mayoritas Muslim sudah sepatutnya kita membumikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Kesungguhan penanganan wabah ditopang oleh kekuatan keyakinan (iman). Di era Islam, Khalifah Umar bin Khattab pernah mencontohkannya.

Pada abad ke-18 H wabah melanda kota Madinah. Umar mengerahkan seluruh wilayah yang tidak terdampak untuk membantu baik berupa harta, makanan, pakaian maupun uang. Selain itu, Beliau mengerahkan seluruh penduduk Madinah untuk melakukan gerakan taubat dan memperbanyak amal sholih. Qadarullah, setelah sembilan bulan dikepung wabah, akhirnya Madinah kembali seperti sediakala.

Dari sini dapat kita ambil hikmah bahwa harta dan kekayaan serta kekuatan militer saja tidak menjadi jaminan suatu negara mampu bangkit atasi wabah. Amerika adalah contohnya. Kita membutuhkan kekuatan Allah untuk dapat keluar dari pandemi Corona.

Allah SWT berfirman:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raaf: 96).

Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa berbekal keimanan kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, adalah kunci pertolongan Allah untuk keluar dari berbagai persoalan, termasuk pandemi Covid-19. Sambil tetap berikhtiar, kita introspeksi diri dan taubat untuk meninggalkan maksiat. Semoga Allah segera menurunkan pertolongannya.

Identitas Penulis
*Penulis adalah Koordinator JEJAK

_____________________

**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com atau ke Wa Center
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.
**Redaksi berhak merubah judul untuk keperluan SEO (search engine optimization)

Pos terkait