Ketika suasana sudah cair, Gus Halim baru menyampaikan hal-hal serius. Itupun masih diselingi guyonan, caranya salah satu peserta rapat dijadikan sasaran guyonannya. Uniknya yang dijadikan sasaran ikut terpingkal-pingkal. Malah menikmati gojlokan tersebut.
Kedua, pemimpin yang tegas. Dalam hal prinsip sangat kuat. Kalau punya cita-cita untuk kebaikan terhadap suatu hal, misal cita-cita menuju ketertataan organisasi, harus dilakukan dengan serius. Jika tidak dilakukan dengan serius tidak segan-segan untuk mewarning menghentikan dari suatu peran.
Prinsip dan sikap tegas untuk menuju kebaikan organisasi. Namun jika suatu keinginan kuatnya sudah tersampaikan, lagi-lagi selingan guyon selalu diselipkan.
Ketiga, gemar bersilaturahim. Iya, Gus Halim selalu berkeliling. Disamping menjalankan tugas wajib, dilanjutkan konsolidasi sebagai tugas lain, juga melakukan silaturahim. Silaturahim terutama ke para Kiai dan sesepuh.
Di Nganjuk hampir semua tempat, terutama kiai-kiai sepuh, kiai pesantren, dan pengurus NU sudah disowani. Bahkan ada yang berkali-kali. Jika dihubungi via telp oleh pengurus NU, selalu diangkat dan mengiyakan dari yang diminta atau yang diperintahkan.
Sekarang mendapat amanah baru sebagai pembantu presiden. Saya berkeyakinan, kepercayaan yang diperoleh, disebabkan hasil kerja keras dan kesungguhan dalam menjalani semua hal.
Yang saya tahu, yang selalu disampaikan, apa yang dilakukan adalah mengabdi dan berjuang. Berkontribusi memberi manfaat dalam kehidupan. Kalau tidak berjuang, hidup ini mau mengapa? Ungkapnya dalam satu obrolan.
Semoga amanah dan membawa berkah untuk rakyat Indonesia. Menjadikan jabatan sebagai wasilah untuk melahirkan kemaslahatan kehidupan dunia maupun akhirat. Selamat bertugas Gus. Semoga panjang umur, selalu sehat.
*Politisi PKB Kabupaten Nganjuk Dosen IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk