Oleh
Untung Wahyudi*
Dalam buku Quantum Teaching (Kaifa, 2014), Bobbi DePorter menjelaskan bahwa, mengajar itu butuh keyakinan atau kepercayaan diri. Berapa pun jumlah kursus mengajar yang kita ikuti, atau berapa pun keterampilan dan metode baru yang kita pelajari, kemampuan untuk menjangkau siswa tetap sesuai dengan keyakinan dalam diri.
Seorang guru harus bisa meyakinkan siswa bahwa siapa pun bisa berprestasi. Setiap siswa punya kesempatan belajar yang baik sehingga, bisa meraih apa yang dicita-citakan. Guru harus bisa memotivasi jika ada siswa yang merasa dirinya tidak akan meraih prestasi.
Karena itu, peningkatan kompetensi guru harus dilakukan agar guru bisa mengembangkan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus bisa meng-upgrade diri dengan mengikuti kursus atau pelatihan, baik yang dilaksanakan sekolah atau instansi-instansi pendidikan. Guru butuh komunitas untuk bisa berbagi ilmu yang berkaitan dengan metode pembelajaran.
Melalui program Guru Penggerak, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), mengajak para guru terbaik bangsa untuk menghadirkan perubahan nyata bagi pendidikan Indonesia dengan mendaftar menjadi Guru Penggerak.
Program yang digulirkan Kemendikbudristek ini adalah bagian dari seri Merdeka Belajar yang sudah dua tahun berlangsung. Sebuah program untuk peningkatan kompetensi guru dan upaya mencetak siswa yang berprestasi. Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik.
Guru Penggerak aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila
Keberadaan Guru Penggerak diharapkan membuat guru bisa lebih aktif dan membuat siswa menjadi pelajar yang berkarakter sesuai dengan jiwa pancasila. Siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga bisa mengimplementasikan kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peran Guru Penggerak
Bergerak dan berbagi adalah bagian dari program Guru Penggerak yang dilaksanakan Kemendikbudristek. Karena itu, Guru Penggerak diharapkan mampu menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan wilayahnya. Selain itu, juga menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah.
Peran lain Guru Penggerak adalah mampu mendorong peningkatan kepemimpian murid di sekolah, dan membuka ruang diskusi publik dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembejalaran.
Dalam program ini, para peserta bisa lebih proaktif mengembangkan kemampuan mengajar dengan banyak bertanya serta berkolaborasi dengan para mentor yang ditunjuk mendampingi para Guru Penggerak.
Apa yang Didapatkan Guru Penggerak?
Program Guru Penggerak, sekali lagi, adalah program untuk peningkatan kompetensi guru untuk kemajuan pendidikan. Akan ada banyak hal baru yang didapatkan para peserta Guru Penggerak selama mengikuti program.
Nuryaningsih, dalam tulisannya berjudul Nasib Guru Penggerak non PNS (republika.co.id, 27/8/2021) menyatakan, Guru Penggerak akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. Seperti dirangkum dari akun Instagram Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependididikan (Ditjen GTK) Kemendikbudristek, selama mengikuti proses pendidikan, peserta yang lolos seleksi Program Guru Penggerak akan mendapatkan Pendidikan Guru Penggerak hingga 9 bulan dan pengembangan kompetensi dalam Lokakarya Bersama.
Selain itu, Guru Penggerak akan meningkatkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid. Pengalaman belajar bersama dengan rekan guru lain juga didapatkan sehingga, mereka bisa saling berbagi informasi berkaitan dengan metode pembelajaran. Mereka juga mendapatkan bimbingan/mentoring dari Pengajar Praktik pendidikan Guru Penggerak.
Selain mendapatkan sertifikat pendidikan dan Piagam Guru Penggerak, selama pendidikan dan pendampingan, mereka juga mendapatkan bantuan paket data untuk pelatihan daring, biaya transportasi, konsumsi, dan akomodasi jika diperlukan untuk pelaksanaan lokakarya.
Sebagaimana tujuan utama dilaksanakannya Program Guru Penggerak, Guru Penggerak yang telah mengikuti mentoring selama 9 bulan dan mendapatkan berbagai pengetahun dan informasi dari Guru Praktik, Guru Penggerak diharapkan bisa merencanakan, menjalankan, merefleksikan, dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada murid dengan melibatkan orang tua. Berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan menumbuhkan kepemimpinan murid.
Sebenarnya, ada banyak metode mengajar yang diterapkan sejumlah pakar dan praktisi pendidikan. Seperti yang disarankan Munif Chatib dalam bukunya Semua Anak Bintang (Kaifa, 2018). Dalam buku tersebut, Munif menjelaskan, dalam mengajar siswa, guru bisa menggunakan berbagai metode mengajar seperti bercerita (story telling), mendengarkan (listening), menghafal (memorize), pembelajaran dengan film (movie learning), dan metode mengajar lainnya.
Semua metode mengajar yang ada bisa disesuaikan dengan kemampuan atau dominan kecerdasan yang dimiliki siswa. Karena, setiap anak memiliki kemampuan berbeda. Ada yang dominan kecerdasan linguistik, kinestetis, kecerdasan musik, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan lainnya.
Identitas Penulis
*Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya.
**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com atau ke Wa Center
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.
**Redaksi berhak merubah judul untuk keperluan SEO (search engine optimization)