LINTASJATIM.com, Blitar – Penyelidikan dukun cabul di Blitar membuka lembaran kelam kisah keluarga korban. Karena korban asusila itu menimpa satu keluarga, yakni ibu beserta 4 anak perempuannya dengan modus pengobatan.
Dari pengakuan pria yang menyandang status duda ini, dia mulai berkenalan dengan keluarga korban saat kontrak rumah di Kediri tahun 2016.
Sebut saja Y, ayah korban yang berprofesi sebagai tukang pijat keliling, sering ngobrol dengan pelaku tentang metode pengobatan alternatif memakai sistem pijat refleksi.
Di saat berbincang dengan Y, rupanya mata keranjang Nur Huda sudah melirik MNT istri Y. Gayung bersambung, ketika MNT mengeluh sakit di bagian perut. Pria 43 tahun itu menawarkan memijat MNT dan berakhir dengan adegan ranjang.
Tak puas menggauli si ibu, Nur Huda mulai melancarkan siasat kepada W (22) anak perempuan pertama keluarga itu. Modusnya sama, untuk menjaga kesehatan W, maka harus dipijat syarafnya. Kemudian merembet ke anak nomor dua D (20) dan anak nomor tiga I (18) yang diajak pacaran tersangka sejak kelas 2 SMP.
“Kami tidak bisa memproses untuk kasus ibu dan tiga anak perempuannya. Pertama, mereka sama-sama dewasa dan tidak ada laporan dari pihak yang dirugikan. Kedua, para saksi posisinya ada yang di luar negeri dan luar kota, sehingga kesulitan untuk dimintai keterangan dengan datang ke Mapolres Blitar,” jelas Kapolres Blitar, AKBP Leonard M Sinambela dikonfirmasi detikcom, Kamis (14/1/2021).
Warga Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan itu memang dilaporkan MNT, warga Kediri atas kasus pencabulan terhadap anak bungsunya, AS yang berusia 17 tahun. Dalam penyelidikan juga terungkap, ternyata AS sudah hilang keperawanannya oleh Nur Huda sejak kelas 2 SMP.
Awal 2019 tersangka balik ke kampung halamannya di Kademangan. Dan dia meminta AS terus rutin melakukan pengobatan dengan mendatangi kediamannya di Kademangan.
Keluarga korban tidak hanya hilang kehormatannya. Namun juga diperas oleh pelaku. Karena setiap pengobatan, uang jutaan rupiah diminta pelaku dengan dalih untuk membeli ramuan.
“Dalam kasus ini, selain pencabulan kami juga melihat unsur penipuan, pemerasan dan ancaman kepada korban yang masih di bawah umur,” pungkas Leo.
Ancaman Pelaku Kepada Korban
Keempat anak perempuan MNT menjadi budak syahwat Nur Huda, dukun cabul asal Kademangan. Kenapa para korban tidak pernah cerita meski menjadi korban selama 3 tahun?
Ternyata duda 43 tahun ini selalu mengancam korbannya. Pelaku mengancam, akan menyantet ibu mereka, jika sampai bercerita telah diajak bersetubuh oleh tersangka.
“Kamu kalau omong-omong, ibumu akan tak santet pelan-pelan,” ucap Nur Huda di depan wartawan saat rilis di Mapolres Blitar, Rabu (14/1/2021).
Ketika memeriksa lokasi kejadian, polisi menemukan keris, tempat sesajen serta dupa. Nur Huda saat melakukan ritual pengobatan, berdiam diri dulu didalam ruangan itu sebelum “menggarap” korbannya.
Entah ancaman itu benar atau tidak, namun kondisi perut sang ibu, MNT tidak membaik. Bahkan semakin lama tidak mampu berjalan sendiri. Namun keluarga ini tetap menurut perintah Nur Huda untuk tetap menjalankan proses pengobatan alternatif yang dijalankannya.
“Selain itu, tersangka juga mengatakan, jangan pernah ke medis nanti penyakitnya tambah parah. Hal ini membuat keluarga korban seakan tak bisa lepas dari pengaruh tersangka,” ungkap Kasatreskrim Polres Blitar, AKP Donny Kristian Baralangi dikonfirmasi detikcom, Kamis (14/1/2021).
Namun Donny menandaskan, pihaknya lebih berfokus pada proses pencabulan dengan korban AS yang masih dibawah umur. Karena unsur magic tidak dapat dibuktikan di depan hukum.
Kepada penyidik, pelaku mengaku tidak dapat menahan syahwatnya karena telah lama menduda. Ancaman yang dilancarkan kepada anak-anak MNT, supaya aksi bejatnya tidak diketahui orang lain. Selain itu, pelaku juga menerima jutaan rupiah dari praktek pijat syaraf abal-abal itu.
Terakhir, pelaku meminta uang Rp 3 juta untuk membeli bahan ramuan bagi AS. Lalu masih tambah lagi minta Rp 1,5 juta untuk biaya USG dan rotgen anak bungsunya itu.
Aksi bejat Nur Huda terkuak, ketika AS menceritakan semua proses pengobatan yang dijalaninya. Begitu juga dengan ketiga anak perempuannya yang lain.
Mereka mengaku diancam dukun cabul itu setiap mengajak berhubungan intim. Dalihnya, untuk mempercepat proses penyembuhan. Lalu apakah keempat anak perempuan MNT mempunyai keluhan sama dengan ibunya?
“Tidak ada yang merasa sakit. Kenapa ada unsur penipuan disini, karena pelaku berdalih menjaga kesehatan ke empat anak ibu MNT agar tidak punya penyakit yang sama dengan ibu mereka,” pungkasnya.