LINTASJATIM.com, Lumajang – Demi meningkatkan keselamatan para pendaki, pengelola wisata Gunung Semeru kini menerapkan sistem baru berupa gelang atau kartu berteknologi Radio Frequency Identification (RFID).
Inovasi ini diterapkan bukan hanya sebagai bentuk kewaspadaan, tetapi juga respons atas tingginya risiko dalam aktivitas pendakian, meskipun jalur resmi hanya dibuka hingga Ranu Kumbolo.
“Pendakian ke Semeru termasuk dalam wisata minat khusus, dan tentunya memiliki potensi risiko yang tidak bisa dianggap remeh, seperti cedera hingga tersesat. RFID ini sangat membantu petugas dalam memantau posisi pendaki,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang, Yuli Harismawati, Selasa (8/7/2025).
RFID akan memudahkan tim pengawas untuk melacak posisi pendaki secara real-time, terutama bila terjadi situasi darurat. Menariknya, para pendaki tidak akan dikenakan biaya tambahan untuk fasilitas ini.
“Tidak ada biaya tambahan, gratis tapi wajib dikembalikan ya,” tegas Yuli.
Kebijakan baru lainnya menyangkut pendampingan selama pendakian. Setiap kelompok berisi 2–10 orang diwajibkan menggunakan jasa pendamping resmi yang kini dikenakan tarif Rp 200.000 per hari — lebih murah dari tarif sebelumnya yang mencapai Rp 300.000.
Meski demikian, dispensasi diberikan kepada pendaki dari organisasi pecinta alam. Dengan menunjukkan surat keterangan keanggotaan resmi, mereka diperbolehkan mendaki tanpa pendamping.
“Jasa pendamping tetap wajib bagi pendaki umum, tetapi untuk anggota pecinta alam bisa bebas dengan catatan menunjukkan bukti keanggotaan,” imbuh Yuli.
Dengan kombinasi antara teknologi pelacakan dan sistem pendampingan yang terintegrasi, pemerintah daerah berharap keselamatan pendakian di Gunung Semeru bisa semakin terjaga tanpa memberatkan para pendaki secara finansial.