Khutbah Idul Adha Singkat di Tengah Pandemi: Hikmah di Balik Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Foto Ilustrasi Khutbah Idul Adha
Foto Ilustrasi Khutbah Idul Adha

LINTASJATIM.com – Kali ini Redaksi Lintasjatim.com menyajikan Khutbah Idul Adha tahun 2020 singkat terbaru dalam suasana Pandemi. Materi khutbah ini dikemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami.

Saat dibacakan, durasi khutbah Idul Adha ini paling cepat 10 menit dan paling lambat 15 menit tergantung pada intonasi yang digunakan sang Khotib.

Bacaan Lainnya

Referensi materi Khutbah ini berdasarkan referensi kitab-kitab yang menjadi rujukan Ahlussunnah Wal Jama’ah Annahdliyyah atau Nahdlatul Ulama (NU). Secara khusus Redaksi menyajikan dalam momentum Idul Adha di masa Pandemi dan bisa download materi ini pada link yang ada di bagian akhir khutbah.

KHUTBAH PERTAMA

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3

اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ

اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin Jam’ah Sholat Idul Adha Rakhimakumullah..

Baru saja kita laksanakan ruku’ dan sujud sebagai wujud taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah SWT. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.

Hadirin Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah..

Idul Adha merupakan salah satu momentum yang luar biasa dalam sejarah umat manusia. Dalam hari raya Idul Adha terdapat kisah Nabi Ibrahim yang diperintah Allah untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail AS. Drama yang dibuat oleh Allah SWT ini tentu bukan kebetulan semata. Melainkan ada nilai-nilai yang harus dijadikan pedoman manusia agar selamat di dunia hingga di akhirat kelak.

Idul Adha berawal dari kisah Nabi Ibrahim yang mendapat titel kehormatan yaitu “Khalilullah (kekasih Allah). Setelah mendapat gelar itu ternyata malaikat betanya kepada Allah SWT: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaan dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”

Ma’asyiral Muslimin Jam’ah Sholat Idul Adha Rakhimakumullah..

Diceritakan dalam kitab Misykatul Anwar” bahwa Nabi Ibrahim saat itu termasuk orang kaya raya. Dalam kitab ini disebutkan beliau mempunyai 1000 ekor domba, 300 lembu dan 100 ekor unta. Total kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak.

Kemudian pada suatu hari, ada seseorang bertanya kepada Nabi Ibrahim. “Milik siapa ternak sebanyak ini?” Nabi Ibrahim menjawab: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, maka akan ku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”

Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih belia. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Peristiwa dramatis itu direkam dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :

Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).

Ma’asyiral Muslimin Jam’ah Sholat Idul Adha Rakhimakumullah..

Singkat cerita, Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih leher Ismail tetapi tidak mempan, bahkan sedikitpun tidak tergores.

Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan di bumi, para malaikat takjub menyaksikan keduanya. ”Lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.”

Ibrahim kembali berusaha menekan pisau ke leher Ismail tetapi tidak apa-apa. Bahkan, bila ditekan pisau menjadi terbalik, yang tajam berada di atas. Ibrahim mencoba memotong sebuah batu dan batu yang keras itu terbelah.

Baca Juga: Khutbah Idul Adha Singkat: Antara Haji, Kurban dan Pandemi Covid-19

Ibrahim lantas bertanya “hai pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher Ismail?” Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, “Anda mengatakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai Ibrahim.”

Bersamaan degan hal itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy/domba dari surga sebagai gantinya. Dan Allah swt berseru untuk menghentikan Ibrahim. Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110:

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ

“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”

سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ

“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”

كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum seraya terlontar darinya ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.”

Hadirin Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah

Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini tiga diantaranya adalah

Pertama, Taat Kepada Allah SWT

Apa yang telah ditunjukkan oleh Ibrahim dan Ismail sangat jelas bahwa menjalankan perintah Allah adalah hal yang paling utama bagi manusia. Oleh sebab itu, marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada kita semua.

Kedua, Menghargai Pendapat Orang Lain

Ketika hendak  menyembelih sang Anak, Ibrahim bertanya terlebih dahulu tentang pendapat Ismail. Secara tidak langsung, Nabi Ibrahim memberikan contoh kepada umat manusia agar tidak mengedepankan ego masing-masing sekalipun anak sendiri. Cara yang benar bukan memaksa tetapi musyawarah untuk menghargai pendapat. Baik dalam keluarga, kelompok maupun organisasi harus saling menghargai. Segala sesuai dipecahkan dengan jalan musyawarah bukan mengedepankan ego dan kepentingan masing-masing.

Ketiga, Saling Berbagi

Daging kurban yang sudah disembelih kemudian dibagikan kepada saudara, tetangga kanan kiri terutama bagi fakir miskin. Kita diajari oleh Nabi Ibrahim dan Ismail betapa pentingnya peduli kepada sesama. Tidak hanya berbagi daging hewan kurban saja, melainkan tenaga, fikiran bahkan uang bisa kita berikan kepada orang-orang yang ada di sekeliling kita. Terlebih di saat pandemi seperti ini, spirit Idul Adha harus kita terapkan sebagai wujud iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Mudah-mudahan kita semua dimampukan oleh Allah untuk berkurban, berkurban untuk taat kepada Allah SWT dan peduli kepada sesama. Amiin.. Amiin.. Ya Robbal Alamaiin..

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 KHUTBAH KEDUA

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ !

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Materi Khutbah ini juga bisa Anda download pada link di bawah ini.

Download Materi Khutbah Idul Adha Singkat di Tengah Pandemi: Hikmah di Balik Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Pos terkait