LINTASJATIM.com, Tulungagung – Merawat tradisi keagamaan sekaligus menjaga keutuhan jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) dapat dilakukan melalui berbagai cara.
Salah satunya ditempuh Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Diponegoro Tulungagung dengan menggelar istighosah yang diikuti seluruh civitas akademika serta ratusan mahasiswa.
Panitia kegiatan yang juga Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), M. Kholid Thohiri, menegaskan bahwa istighosah merupakan tradisi penting yang secara konsisten dirawat STAI Diponegoro Tulungagung sebagai bagian dari pembinaan karakter spiritual civitas akademika.
“Kegiatan istighosah merupakan tradisi Aswaja an-Nahdliyyah yang rutin dilaksanakan oleh seluruh civitas akademika STAI Diponegoro Tulungagung. Tradisi ini menjadi ruang spiritual untuk menenangkan batin, meluruskan niat, dan memperkuat ukhuwah,” ujar Kholid Thohiri, Sabtu (20/12/2025).
Ia menjelaskan, istighosah tersebut merupakan bentuk ikhtiar spiritual sekaligus tanggung jawab moral kampus yang berakar pada tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) an-Nahdliyyah, sebagai basis nilai keislaman dan keilmuan di STAI Diponegoro Tulungagung.
“Melalui kegiatan ini, kampus tidak hanya meneguhkan identitas ke-Aswaja-an, tetapi juga membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya spiritualitas dalam menyikapi berbagai dinamika sosial dan keorganisasian,” jelasnya.
Istighosah berlangsung khusyuk, diawali dengan pembacaan zikir, shalawat, tahlil, serta doa bersama untuk keselamatan bangsa, keutuhan umat, dan kemaslahatan Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah diniyyah ijtima’iyyah.
Menurut Kholid, istighosah kali ini memiliki makna khusus sebagai doa bersama agar dinamika yang tengah dihadapi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dapat segera menemukan jalan keluar terbaik dengan mengedepankan prinsip hikmah, musyawarah, dan persaudaraan.
“Lebih khusus lagi, istighosah ini dipanjatkan agar situasi di PBNU segera membaik, sehingga ukhuwah nahdliyyah tetap terjaga dan marwah jam’iyyah dapat dirawat bersama,” tambahnya.
Ia menegaskan, dalam tradisi NU, doa dan istighosah bukanlah sikap pasif, melainkan bagian dari ikhtiar batin yang harus berjalan seiring dengan ikhtiar lahir, seperti dialog, tabayun, dan penyelesaian persoalan secara arif dan beradab.
“Kampus memiliki tanggung jawab moral untuk menghadirkan ruang-ruang ketenangan di tengah dinamika organisasi,” tegasnya.
Antusiasme peserta terlihat dari keterlibatan aktif ratusan mahasiswa yang mengikuti seluruh rangkaian istighosah dengan tertib dan khusyuk.
Bagi mahasiswa, kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana ibadah, tetapi juga media pembelajaran nilai-nilai Aswaja, adab berjam’iyyah, serta pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan pandangan.
Melalui kegiatan ini, STAI Diponegoro Tulungagung menegaskan komitmennya untuk terus merawat tradisi keagamaan, memperkuat moderasi beragama, serta menanamkan kesadaran bahwa setiap dinamika harus disikapi dengan keteduhan, doa, dan semangat islah.
“Diharapkan ikhtiar spiritual ini menjadi wasilah terwujudnya PBNU yang semakin kondusif, solid, dan mampu terus mengabdi bagi umat, bangsa, dan negara,” pungkasnya. (jaz/red)






