LINTASJATIM.com, Lamongan – Momentum Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 2025 dimanfaatkan Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk memperkuat upaya penyelamatan flora dan fauna endemik yang mulai terdesak perubahan lingkungan.
Alih-alih sekadar simbolis, program tahun ini diarahkan pada pemetaan sekaligus pemulihan ekosistem berbasis spesies lokal.
Dikutip dari detikJatim.com, kegiatan yang dipusatkan di Kawasan Gadjah Mada, Jumat (14/11/2025), diisi dengan penanaman berbagai jenis tanaman endemik dan pelepasan burung puter pelung—satwa khas Lamongan yang populasinya terus didorong agar tidak punah.
Sejumlah flora lokal seperti keben (Barringtonia asiatica), kecaci (Celosia argentea), dan kedondong (Spondias dulcis) turut ditanam sebagai upaya memperluas ruang tumbuh tanaman asli daerah.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menegaskan bahwa upaya pelestarian hayati lokal tidak boleh lagi ditunda mengingat tekanan lingkungan yang semakin kompleks.
“Lamongan memiliki flora dan fauna endemik yang perlu dijaga keberlanjutannya. Ini bagian dari komitmen kami dalam menjaga keanekaragaman hayati,” ujarnya dalam sambutan.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Lamongan, Andhy Kurniawan, menyebutkan bahwa gerakan ini merupakan bagian dari program jangka panjang ‘Lamongan Hijau’. Program tersebut menekankan pemulihan ekosistem berbasis spesies lokal, bukan sekadar penghijauan rutin.
“Program Lamongan Hijau menjadi implementasi rutin dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Targetnya, Lamongan bisa menjadi wilayah yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan,” terang Andhy.
Pemkab Lamongan memastikan bahwa identifikasi dan konservasi flora-fauna endemik akan terus diperluas melalui kolaborasi dengan komunitas pecinta lingkungan hingga institusi pendidikan, sehingga upaya penyelamatan hayati lokal dapat berjalan secara lebih terstruktur dan menyeluruh.






