LINTASJATIM.com, Trenggalek – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Trenggalek mendesak agar siapapun pihak yang menyampaikan narasi atau pandangan terkait pondok pesantren untuk memahami secara detail. Sekaligus memahami secara mendalam ekosistem serta nilai-nilai peradaban yang ada di dalamnya.
Desakan ini muncul menyikapi polemik boikot terhadap salah satu program televisi Trans7 yang dianggap merusak citra pesantren.
Ketua PCNU Trenggalek, KH Yusuful Hamdani menegaskan siapapun yang menyampaikan narasi, menyampaikan sudut pandangnya terkait pesantren, mohon untuk memahami secara detail.
Tak hanya itu, Gus Yusuf juga menekankan untuk lebih mendalam dalam mengulas ekosistem peradaban yang berada di dalam sendi-sendi pesantren. Terutama dalam rumah Nadatul Ulama di Indonesia yang sudah jauh berdiri sebelum kemerdekaan.
“Pahami betul, dalami betul, baru silakan untuk memberikan pandangan-pandangan, apalagi pandangan ini menjadi konsumsi publik. Sehingga kalau pandangan itu salah, maka berpotensi juga bisa menyesatkan banyak orang,” ujar KH Yusuful Hamdani, Sabtu (18/10/2025).
Gus Yusuf menerangkan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) bereaksi keras atas kejadian tersebut. Pasalnya, ruh inti organisasi tersebut adalah pesantren, dan ruhnya pesantren adalah kiai.
“Ketika ruh inti Nahdlatul Ulama ini kemudian dimaknai, dipahami dengan sudut pandang yang terbalik, ajaran-ajaran yang ditanamkan di dalam pesantren dengan pemahaman yang terbalik, maka tentu sudah semestinya Nahdlatul Ulama bereaksi dengan keras,” tegasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatullah (Haya) Pule Trenggalek ini mengecam peristiwa yang melibatkan Trans7. Jika narasi video tersebut dianggap sebagai pemikiran oknum yang tidak mewakili institusi Trans7, ia meminta para petinggi dan pemilik Trans7 untuk mengambil sikap.
“Mohon para petinggi-petinggi Trans7, utamanya pemilik Trans7, itu ya mengambil sikap dan kemudian sampaikan bahwa ini adalah bukan mewakili pemikiran Trans7, tapi ini adalah pemikiran person yang terkait di dalam Trans7,” imbuhnya.
Kendati demikian, menurutnya sulit menilai bahwa ini hanya pandangan oknum. Pasalnya, publikasi video tentu melewati proses manajemen yang melibatkan berbagai pihak dalam institusi, mulai dari direktur produksi hingga berbagai pejabat lainnya.
Oleh karena itu, jika Trans7 menganggap ini sebuah kesalahan, Kiai Yusuful meminta adanya upaya strategis untuk membuktikan bahwa Trans7 memiliki pandangan dan kepahaman yang sejalan dengan apa yang selama ini ditanamkan dan diajarkan di pesantren serta NU.
“Buktikan bahwa Trans7 hadir untuk berperan serta ikut menjaga dan menumbuhkembangkan nilai-nilai yang ditanamkan di pesantren,” harapnya.
Tak hanya itu, PCNU Trenggalek juga menuntut agar Trans7 bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan, termasuk secara hukum, sejalan dengan posisi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang mengupayakan penyelesaian melalui jalur hukum.
Menyambut momen Hari Santri, ia menekankan bahwa momentum ini harus menjadi kesempatan untuk menjaga nilai-nilai pesantren.
“Istighosah-istighosah yang kita lakukan di dalam momen Hari Santri ini menjadi sangat bernilai dalam kondisi pesantren dimaknai yang terbalik oleh pihak-pihak tertentu,” tandasnya. (mad/red)