LINTASJATIM.com, Sumenep – Pemerintah Kabupaten Sumenep terus berupaya mewujudkan pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan melalui konsep Zero Waste Tourism.
Salah satu langkah nyata diwujudkan lewat kegiatan ‘Pelatihan Penerapan Teknologi Pengolah Sampah dengan Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan Penggunaan Alat Insenerator’.
Program ini merupakan bagian dari Pengabdian kepada Masyarakat yang didanai Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tahun 2025, dengan nomor kontrak B/077/UM46.1/PT.01.03/BIMA/PM/2025.
Kegiatan tersebut dipimpin Ana Tsalitsatun Ni’mah, S.Kom., M.Kom., bersama tim dosen dan mahasiswa. Tidak hanya menghadirkan teknologi, mereka juga mendampingi masyarakat agar mandiri dan kreatif dalam mengelola sampah, terutama di kawasan wisata yang menjadi wajah daerah.
Salah satu lokasi penerapan kegiatan berada di Pantai Matahari, Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Sumenep. Pantai ini dikenal memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata, namun sering menerima kiriman sampah dari laut, seperti plastik, kayu, hingga limbah rumah tangga bercampur lumpur.
Selama ini pengelolaan sampah hanya mengandalkan pengumpulan manual sebelum diangkut petugas. Keterbatasan armada membuat sampah kerap menumpuk dan merusak kenyamanan wisatawan.
Kehadiran insenerator dinilai menjadi solusi penting karena mampu mengolah sampah yang sulit ditangani sekaligus mengurangi volumenya secara signifikan.
Meski begitu, program ini tidak berhenti pada pemberian insenerator. Melalui pelatihan berbasis 3R, masyarakat juga diajak berinovasi dalam mengolah sampah. Misalnya, plastik dapat diubah menjadi ecobrick untuk bahan bangunan atau dijadikan kerajinan tangan bernilai jual.
“Permasalahan sampah kiriman laut ini tidak bisa selesai dengan satu cara saja. Karena itu, program ini harus berkelanjutan dan membuka ruang inovasi. Ke depan, kami berharap ada pengembangan alat lain seperti press sampah untuk membantu mengurangi volume sekaligus meningkatkan nilai guna,” jelas Ana.
Pelatihan ini melibatkan masyarakat lokal, pengelola wisata, pelaku usaha, hingga kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Kolaborasi tersebut diharapkan mampu menjaga kebersihan lingkungan, meningkatkan daya tarik wisata, sekaligus membuka peluang ekonomi baru dari hasil pengolahan sampah.
Selain bermanfaat bagi Pantai Matahari, kegiatan ini juga menjadi percontohan bagi destinasi wisata lain di Sumenep. Harapannya, praktik baik tersebut dapat direplikasi di kawasan pesisir lain yang menghadapi persoalan serupa.
Dengan program ini, Sumenep menegaskan komitmennya membangun pariwisata berkelanjutan. Tidak hanya menonjolkan keindahan alam, tetapi juga memastikan kelestarian lingkungan dengan dukungan perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat