LINTASJATIM.com, Tulungagung – Kesuksesan Tim Jabarlah (Jamaah Barzanji dan Sholawat Langgar Al Hikmah) meraih Juara 1 Paling Kompak dalam Festival Ballon 2025 Tulungagung bukan tanpa proses. Kerja tim selama dua pekan lebih membuahkan hasil.
Salah satu anggota, A. Faqih Mubarok mewakili Mushola Al Hikmah Umar menerangkan proses pembuatan mulai sejak Minggu (18/5/2025). Yaitu mulai membuat desain gambar, pembuatan mal, beli bahan. Berlanjut ke eksekusi gambar mulai memotong kertas sesuai gambar sampai penempelan.
“Sehingga balon jadi pada pukul 05.00 hari Minggu (8/6/2025). Kami satu tim terdiri dari 35 personel,” ujar A. Faqih Mubarok, Jum’at (13/6/2025).
Kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor Gondang ini menerangkan momen suka berangkat memang sebagian dari hobi para pemuda. Sehingga bisa tersalurkan dan bangga bisa bikin balon yang indah.
Sedangkan untuk duka, ketika pengerjaan itu tidak bisa datang semua. Terkadang cuma 7 orang, 10, dan lagi ketika turun hujan waktu pembuatan. Sehingga bisa menghambat pengerjaan.
Fakih menambahkan, untuk kendala yang pertama soal waktu yang sangat terbatas. Yaitu tidak genap 1 bulan harus menarget sebuah balon dengan desain gambar animasi yang seharusnya memakan waktu lebih dari 1 bulan.
“Alhasil kami harus mengerjakan itu sering lembur sampai jam 3 jam 4 pagi,” tambahnya.
Kendala yang kedua, dikatakannya momen ini baru pertama kali ini membuat balon dengan gambar animasi. Sebab sebelumnya hanya bercorak-corak batik, sehingga memakan waktu yang lebih lama.
“Kami membuat motif gambar serigala dengan background bulan purnama pada waktu petang, membutuhkan kurang lebih 1000 kertas minyak, serta menghabiskan biaya kurang lebih 2 sampai 2,5 juta termasuk biaya lem, benang, dan lainnya,” ujarnya.
Perihal kendala saat hari event festival, terletak pada saat mulai turun grimis. Balon bercorak keren tersebut menjadi basah. Alhasil, balon banyak yang robek dan robeknya sampai sebesar selebar 2 meter.
Lalu, balon terbuat dari kertas menjadi basah dan sulit untuk penambalan. Ketika balon dipegang langsung sobek, sehingga berinisiatif untuk terus menyalakan api pembakaran sampai balon kering.
“Kemudian baru kita tembel perlahan-lahan. Dan menurut saya, melihat banyaknya kertas yang sobek, balon kita bisa terbang itu sudah suatu hal yang luar biasa,” ulasnya.
Pemuda asal Desa Notorejo ini menerangkan kesuksesan Tim Jabarla semua tidak lepas dari semangat satu tim. Tak lain untuk sabar dan terus berusaha semaksimal mungkin.
“Bagaimanapun caranya agar balon kita bisa mengudara. Dan hasilnya kita mendapat juara 1 sebagai tim paling kompak. Kunci kekompakan dari tim menurut saya adalah satu tujuan dan terus berusaha semaksimal mungkin,” pungkasnya. (Madchan Jazuli)