LINTASJATIM.com, Nganjuk – Anggota DPRD Jawa Timur Dapil XI (Nganjuk – Madiun), Dra Hj Aisyah Lilia Agustina mendorong pemerintah khususnya di Kabupaten Nganjuk untuk mengadakan Manajemen Kebencanaan.
“Bencana banjir yang terjadi di Kelurahan Ploso, Jatirejo, Payaman Kecamatan Nganjuk kota, Desa Sukorejo Kecamatan Loceret, Desa Sendang bumen, Kecamatan Berbek harus dijadikan pembelajaran agar tidak terulang kembali pada musim hujan,” ungkap Hj Aisyah Lilia.
Perempuan yang akrab dipanggil Icha itu menyebut, bencana yang terjadi di Nganjuk beberapa hari merupakan peristiwa yang luar biasa. Hal itu karena sebelumnya di Nganjuk tidak pernah terjadi banjir dengan intensitas tinggi hingga terjadi longsoran.
“Luar biasa banjir di Nganjuk hingga terjadi longsor. Padahal sebelumnya belum pernah terjadi,” tuturnya.
Menurut politisi asal PKB itu, pemerintah perlu membuat manajemen bencana, karena kontur tanah di Nganjuk ada yang dataran tinggi sehingga rawan terjadi longsor.
“Maka perlu ada (manajemen bencana) menjelang musim hujan perlu dilihat kembali. Apalagi banyak hutan dan pegunungan banyak yang gundul. Tanamannya banyak yang kecil-kecil,” terangnya.
Ning Icha menilai longsor terjadi karena ada kiriman air dari atas dan turun ke dataran rendah. Mulai dari Ngetos, Sawahan, yang menuju kedataran lebih rendah seperti Berbek kemudian turun lagi ke Nganjuk kota. Selanjutnya ke Sukomoro menyeberang Jalan di wilayah kecamatan rejoso dan kecamatan Gondang.
“Ini jarang terjadi. Kalau di Sawahan, dan Berbek banjirnya selutut. Ini perlu ada sesuatu yang perlu dicari ada apa sampai terjadi bencana,” pintanya.
Neng Icha mengatakan, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam pengawasan sungai. Karena menurut Neng Icha pasti ada sesuatu yang menyumbat atau menghambat saluran air seperti sampah atau enceng gondok.
Tak hanya itu saja, di musim hujan ini mestinya ada alat untuk memfilter tanaman atau sampah secara berkala di sungai. Dengan begitu bisa diambil, jika ada sampah yang dapat menyumbat aliran sungai.
“Banjir di Nganjuk perlu dicari sebabnya. Memang faktor utamanya karena air. Tetapi saluran airnya bagaimana. Dari dataran tinggi sudah jelas kurang ada akar-akar pohon yang menujang. Sehingga air menyebabkan tanah gembur dan mudah dilalui oleh air. Kalau didataran rendah karena sampah,” terangnya.
Ning Icha menilai perlu ada pembelajaran semacam edukasi kepada masyarakat, bahwa membuang sampah sembarangan bisa mengakibatkan banjir.
Sedangkan untuk bantuan kepada korban bencana, Ning Icha mengungkapkan sudah memberi Alat Pelindung Diri (APD), alas tidur, bantal dan alat untuk kebersihan pasca banjir seperti skrop,, alat pel, dll.
“Kalau penanganan korban menurut saya sudah baik, artinya warga yang terdampak untuk makanan dan kebutuhan sehari-hari sudah melimpah,” pungkasnya.