LINTASJATIM.com, Surabaya – Tingginya limbah popok dan pembalut di Sungai Surabaya menjadi sorotan serius Pemerintah Kota Surabaya.
Berdasarkan data Bank Dunia, sebanyak 31 persen sampah yang mencemari sungai di Surabaya berasal dari popok dan pembalut sekali pakai, menjadikannya kota dengan tingkat pencemaran limbah popok tertinggi di Indonesia.
Dikutip dari detikJatim.com, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut kondisi ini sudah pada tahap mengkhawatirkan.
“Di Sungai Brantas banyak sampah yang tidak bisa didaur ulang. Yang paling banyak sampai berton-ton adalah pembalut dan popok bayi,” ungkap Eri, Selasa (14/10/2025).
Eri menegaskan, dampak limbah tersebut tidak hanya mencemari ekosistem sungai, tetapi juga mengancam kualitas air baku PDAM.
“Jangan cemari lingkungan Surabaya. Kalau di Sungai Brantas, otomatis akan mempengaruhi kualitas air PDAM. Petugas kebersihan tiap hari mengambil popok, tapi gak ada habisnya,” ujarnya.
Untuk menekan pencemaran, Pemkot Surabaya menggencarkan sosialisasi penggunaan popok dan pembalut ramah lingkungan kepada masyarakat. Kampanye ini menyasar kalangan ibu rumah tangga dan rumah sakit, yang menjadi pengguna utama produk sekali pakai.
“Kami ingin mengubah mindset ibu-ibu agar beralih ke produk yang bisa dipakai ulang atau didaur ulang,” jelasnya.
Langkah konkret juga dilakukan melalui kerja sama antara Dinas Lingkungan Hidup (DLH), gerakan sosial, serta produsen popok dan pembalut kain ramah lingkungan. Program ini bahkan memberdayakan ibu-ibu dan penyandang disabilitas untuk memproduksi popok dan pembalut kain secara mandiri.
“Saya ingin menunjukkan, ini loh produk wong Surabaya, produk penyandang disabilitas Surabaya. Ternyata bisa diterima di rumah sakit dan di pasar internasional,” kata Eri.
Inisiatif ini diharapkan dapat menekan angka 31 persen limbah popok dan pembalut yang kini mendominasi pencemaran sungai.
Dengan langkah inovatif dan partisipasi masyarakat, Surabaya menegaskan komitmennya menjadi kota yang bersih, berdaya, dan ramah lingkungan.