LINTASJATIM.com, Surabaya – Presiden terpilih Prabowo Subianto menyentil pihak-pihak yang ngebet ingin masuk kabinet tanpa pernah ‘berkeringat’ di medan perjuangan Pilpres 2024.
Ucapan itu dilontarkan saat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Rabu (6/8/2025), sebagai isyarat bahwa kursi menteri bukan untuk mereka yang hanya muncul saat semua sudah usai.
Dikutip dari detikJatim.com, pengamat politik Universitas Airlangga (Unair), Fahrul Muzaqqi, menilai pernyataan Prabowo adalah hal yang wajar dalam dinamika politik pasca pemilu.
“Wajar saja Presiden Prabowo menyatakan hal itu. Dalam dunia politik, terutama pada periode awal pemerintahan, memberikan ruang kepada para pendukung adalah sesuatu yang lumrah,” ujar Fahrul, Kamis (7/8/2025).
Menurutnya, keputusan untuk menunjuk menteri adalah hak prerogatif presiden. Karena itu, jika Prabowo ingin memprioritaskan para loyalis, baik dari kalangan partai politik maupun individu, hal itu sah secara politik dan konstitusional.
“Jadi saya kira wajar beliau ingin mendahulukan pendukungnya. Ini juga bagian dari upaya menjaga stabilitas dan soliditas kabinet di awal masa pemerintahan,” tambahnya.
Fahrul juga menilai, sentilan Prabowo ditujukan sebagai bentuk penegasan terhadap dinamika politik yang mulai panas menjelang isu reshuffle kabinet. Ia menilai, pernyataan itu sekaligus untuk mencegah kegaduhan politik dari pihak-pihak yang merasa berhak tapi tidak ikut terlibat sejak awal.
“Pernyataan itu bisa dimaknai sebagai sinyal bahwa Presiden ingin memastikan tim kerjanya berasal dari orang-orang yang sudah terbukti komitmennya sejak awal,” ujarnya.
Meski demikian, lanjut Fahrul, kemungkinan keterbukaan terhadap figur-figur baru tetap ada, namun waktunya bukan sekarang.
“Biasanya setelah dua atau tiga tahun berjalan, barulah presiden lebih mempertimbangkan merit sistem. Saat itu, kapasitas dan pengalaman akan lebih diutamakan,” terang dia.
Soal siapa sosok yang sebenarnya disindir Prabowo, Fahrul memilih tak berspekulasi.
“Saya kira tidak perlu dispekulasikan. Biarkan publik menilai sendiri,” tutupnya.
Dengan sikap tegas sejak dini, Presiden Prabowo tampaknya ingin memastikan bahwa kabinet ke depan tidak hanya loyal, tetapi juga solid—bebas dari ambisi instan mereka yang ingin ‘panen’ tanpa ikut menabur.