LINTASJATIM.com, Probolinggo – Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang dikelola oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan, dan Perindustrian (DKUPP) Kabupaten Probolinggo kini dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai sektor usaha masyarakat. Langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberantas peredaran rokok ilegal.
Kepala DKUPP Kabupaten Probolinggo, Taupik Alami, menyatakan bahwa pihaknya telah mengalokasikan dana sebesar Rp1,1 miliar untuk membentuk Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Kecamatan Paiton, kawasan penghasil tembakau utama di Kabupaten Probolinggo.
Pembentukan KIHT ini bertujuan untuk melindungi produk tembakau lokal dan memberikan wadah bagi industri kecil dan menengah (IKM) tembakau.
“KIHT akan membantu mengamankan tembakau khas Probolinggo dengan menyatukan para pengrajin dan IKM tembakau dalam satu kawasan. Dengan begitu, tembakau Probolinggo memiliki jati diri yang terjaga,” ujar Taupik pada Selasa (5/11/2024).
Sebagai bagian dari upaya untuk mendukung pembentukan KIHT, DKUPP juga mengalokasikan DBHCHT bagi program kesejahteraan masyarakat.
Dana ini digunakan untuk memberikan bantuan alat produksi kepada 89 kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Probolinggo, dengan total anggaran mencapai Rp4,1 miliar.
“Kami fokus menyentuh sektor-sektor industri kecil karena ini adalah solusi pengentasan kemiskinan serta peningkatan ekonomi masyarakat,” lanjut Taupik.
Selain bantuan alat, DKUPP juga menyelenggarakan pelatihan keterampilan, termasuk pelatihan ecoprint dan anyaman tas tali bagi masyarakat.
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 400 peserta, bertujuan menumbuhkan wirausaha baru di Probolinggo yang dapat membuka lapangan kerja.
Rangkaian program ini, mencakup sosialisasi, pelatihan, serta distribusi alat produksi, dijadwalkan berlangsung mulai Agustus hingga Desember 2024.
“Melalui program ini, pertumbuhan ekonomi meningkat dan pengangguran menurun. Kami berharap penerima bantuan menjaga peralatan usahanya dengan baik serta meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi mereka,” tutup Taupik.”