LINTASJATIM.com, Situbondo – Pada Ahad malam, 6 Oktober 2024, diskusi publik dan bedah buletin bertema “Dilema Pemilu: Ikut Kyai atau Pilihan Sendiri?” sukses diselenggarakan di Besuki Tempo Doeloe, Situbondo.
Acara ini digagas oleh Berjuta Pena bersama Besuki Membaca, dan berhasil menarik perhatian para pemuda serta tokoh masyarakat. Kamis, (10/10/2024)
Sambutan pertama disampaikan oleh A. Afini Maulaya, Ketua PC IPNU Situbondo, yang menegaskan bahwa setiap kegiatan, termasuk diskusi ini, tidak terlepas dari unsur politik.
“Kegiatan ini juga menjadi bagian dari pendidikan politik bagi rekan-rekanita IPNU IPPNU. Tema yang diusung sangat relevan dengan keadaan di Situbondo. Sebagai Kota Santri, sering kali suara masyarakat mengikuti pilihan kyai atau panutan mereka. Dengan adanya kegiatan ini, kita belajar untuk menentukan pilihan tanpa terpengaruh lingkungan,” jelasnya.
Ahmad Firman A., sebagai penulis utama buletin, membuka diskusi dengan menjelaskan dilema yang sering dialami pemuda saat memilih antara mengikuti arahan kyai atau menentukan pilihan politik secara mandiri.
Firman menekankan pentingnya meningkatkan literasi politik di kalangan anak muda agar mampu berpikir kritis dan tidak terpengaruh tekanan sosial.
H. Hambali, sebagai pembicara pertama, menyoroti pentingnya pemahaman konteks sosial dan politik, bukan hanya kemampuan membaca teks. Ia mengingatkan bahwa pemuda harus lebih aktif membaca agar dapat membuat keputusan politik yang tepat.
Narasumber kedua, Mas Fatur, yang menggantikan H. Yiyin, membahas peran pemuda dalam menjaga integritas di tengah tekanan politik lokal. Ia mendorong pemuda untuk bersikap mandiri meski banyak yang dipengaruhi oleh tokoh agama atau budaya.
Sesi tanya jawab berlangsung interaktif, dengan para peserta membahas pengaruh kyai dalam pilihan politik serta pentingnya independensi dalam pengambilan keputusan.
Moh Rifqoni M.Q., Pjs. Ketua Besuki Membaca, berharap acara semacam ini terus berlanjut dan menjadi gerakan literasi yang kuat di Situbondo.
Acara diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Kiai Haiz Besuki, menutup diskusi yang memperluas wawasan peserta terkait literasi politik dan peran pemuda dalam menentukan pilihan mereka secara mandiri. (Lil)