LINTASJATIM.com, Surabaya – Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa berpesan kepada Fatayat NU Jawa Timur agar membentuk super team. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka menghadapi perkembangan zaman.
Tak hanya itu, Khofifah juga menyatakan optimistis bahwa Fatayat NU Jawa Timur bisa menjadi game changer yang menjadi pengubah arah permainan sebagaimana Steve Jobs pendiri Apple, Mark Zuckerberg penemu Facebook dan para tokoh yang lain.
“Jadilah game changer yang memberikan inspirasi, inovasi dan selalu membangun kolaborasi dan sinergi, seperti mereka yang memberikan inovasi dan kreativitas terbaiknya untuk memberikan solusi untuk permasalahan di dunia. Kami yakin Fatayat NU bisa sukses di tengah perkembangan dan tantangan global,” ujar Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 itu di Surabaya, Jumat (6/9/2024).
Saat hadir sebagai pemateri dalam acara Konferwil XVI PW Fatayat NU di Surabaya, ia menjelaskan intermediasi antara IPPNU dengan Muslimat adalah Fatayat. Yang saya pesankan adalah pentingnya mereka mendorong seluruh inovasi dan kreativitas sehingga apa yang menjadi hambatan dan kendala saat berlangsungnya kegiatan dan berorganisasi bisa diatasi bersama.
Untuk mencapai tujuan diatas, Khofifah mendorong Fatayat NU membentuk super team, terutama untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan, penuh dengan ketidakpastian, maka memiliki tim yang kuat dan solid akan menjadi modal utama untuk keluar sebagai pemenang dan menjadi sukses.
“Super team ini penting. Karena sukses itu tidak bisa dicapai dengan kerja individual, kerja sendiri-sendiri. Kesuksesan itu bisa dicapai jika ada sinergi ada kolaborasi antara satu dengan yang lain, antara organisasi satu dengan yang lain, dan juga antara satu Lembaga dengan yang lain,” kata Khofifah di tengah ratusan anggota Fatayat NU Jawa Timur yang juga ada sesi dialog antar tokoh, Ketua Umum PP Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah.
Khofifah juga menegaskan dalam diri setiap Fatayat NU harus memiliki jiwa-jiwa pemimpin. Tak cukup hanya pemimpin biasa, melainkan pemimpin pemungkin atau enabler leader. Pemimpin yang selalu memiliki solusi di tengah ketidakmungkinan. Dengan kapasitas enabler leader, maka kendala yang dihadapi akan bisa ditemukan solusinya.
“Saya mendorong juga anggota Fatayat NU untuk menjadi enabler leader. Di tengah hambatan dan tantangan, dengan sosok pemimpin yang enabler leader, mereka akan bertemu dengan opportunity, peluang-peluang, yang memungkinan mereka untuk bergerak dan memberi solusi,” kata Khofifah yang kini juga menjabat sebagai Ketua PBNU.
“Tidak hanya di internal Fatayat saja tapi juga pada layanan-layanan di lingkungan Fatayat NU,” tutup peraih gelar Doktor Honoris Causa Ilmu Ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya ini.