LINTASJATIM.com, Surabaya – Jemaah haji asal Jawa Timur yang meninggal di Tanah Suci berjumlah 78 orang. Penyebab meninggalnya jemaah disebabkan karena kelelahan dan lanjut usia.
Jemaah haji asal Jawa Timur embarkasi Surabaya yang menunaikan ibadah haji tahun 2023 berjumlah 38.360 jemaah di bagi 88 kelompok terbang (kloter). Semua kloter di berangkatkan dari Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo.
Data yang diperoleh dari KKP Kelas I Surabaya 78 jemaah yang meninggal diantaranya dari Gresik 3 orang, Sidoarjo 3 orang, Bangkalan 4 orang, Madiun 2 orang, Lamongan 5 orang, Pacitan 1 orang, Tuban 5 orang, Magetan 4 orang, Tulungagung 6 orang, Sumenep 1 orang, Malang 5 orang, Pamekasan 4 orang, Lumajang 2 orang, Blitar 3 orang Madiun 1 orang, Sampang 1 orang.
Sampang 1 orang, Pasuruan 3 orang, Ponorogo 1 Kediri 6, Jember 2, Ngawi 1 orang, Surabaya 1 orang, Trenggalek 2, Jombang 1 orang, Banyuwangi 2 orang, Kab Ende 1 orang, Kupang 1 orang, Kab Manggarai Barat 1 orang.
Kepala Kesehatan Pelaburan Kelas I Surabaya Dr Rosidi Ruslan mengatakan bahwa jemaah haji embarkasi Surabaya yang menunaikan ibadah haji ke tanah Suci sejumlah 38 ribu. Jemaah tersebut terbagi 88 kloter.
“Jemaah haji yang meninggal dari embarkasi Surabaya sejumlah 78 orang. Rata-rata mereka berusia lanjut,” kata Rosidi di kantornya, Rabu (5/7/2023).
“Penyebab meninggal para jemaah haji tersebut karena kelelahan,” imbuh Rosidi.
Rosidi menjelaskan, diduga penyebab meninggalnya jemaah tersebut karena pola ibadah, sementara mereka mengabaikan pola makannya. Mereka memaksakan diri, padahal usia jemaah tersebut sudah lanjut usia. Dengan usia diatas 60 tahun tenaga jemaah sangat lemah.
“Diduga jemaah melupakan pola makan, mereka rata-rata hanya mengandalkan minum, sehingga mudah kelelahan, diduga itulah penyebab meninggalnya jemaah,” jelas Rosidi.
Ia menambah dalam keberangkatan dan kedatangan jemaah haji pihaknya menyiapkan empat unit ambulance, empat dokter, serta 20 petugas paramedis. Sementara itu yang bertugas di embarkasi Surabaya selama 24 jam nonstop.
“Dalam kloter 1, kloter 2, dan kloter 3 ada 3 jemaah yang suhu diatas 38. Setelah dilakukan swap antigen alhamdulillah mereka negatif. Meski begitu kami tetap melakukan pengawasan dan perawatan jemaah,” tandas Rosidi.