LINTASJATIM.com, Nganjuk – Abdullah Muhdi, M.H.I. Ketua Umum Rumah Kerja milenial membeberkan sejumlah fakta tentang peluang dan bahaya puncak demografi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2030.
Hal tersebut diungkap Gus Muhdi dalam Forum Workshop Sosial dengan tema “menyambut bonus demografi dan kemapanan ekonomi” yang berlangsung di Hotel Froneone Nganjuk, Kamis, (22/06/2023).
Gus Muhdi dalam paparannya mengungkap jika bonus demografi ini sudah terjadi sejak tahun 2012.
Salah satu bonus demografi yaitu meningkatnya jumlah pemuda Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2021, jumlah pemuda saat ini sekitar 64,90 juta jiwa atau 23,90% dari total jumlah penduduk Indonesia.
“Pemuda merupakan bagian terpenting dari sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Jika disiapkan dengan baik maka akan menjadi positif. Sebaliknya, jika tidak disiapkan sejak dini maka bisa menjadi petaka bagi negara khususnya tahun 2030,” bebernya.
Bahkan, data terbaru BPS (Badan Pusat Statistik) memperkirakan Indonesia akan mengalami bonus demografi selama 2030-2040. Artinya pada periode ini, kondisi masyarakat Indonesia akan didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun) dibandingkan dengan usia non-produktif.
BPS memperkirakan setidaknya 64% dari total penduduk yang diproyeksikan sebanyak 297 juta adalah usia produktif dan pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif tersebut, bagian yang menjadi tulang punggung bangsa.
Untuk itu, menurut Gus Muhdi, dalam menghadapi bonus demografi ini, berbagai persiapan perlu dilakukan, terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan kesempatan kerja.
“Di mulai dari institusi terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Berkembangnya keluarga sejahtera akan memberikan fasilitas pendidikan bagi generasi penerus khususnya generasi muda,” jelas mantan pengurus IPNU Jatim tahun 2012-2015 tersebut.
Atas kondisi tersebut, Ia mengajak semua elemen untuk benar-benar memanfaatkan momentum tersebut. Bagaimana agar di periode tahun 2030-2040 Indonesia menjadi negara emas yang berdaya saing skala internasional.
“Kita harus kembali ke SDM ketika berhadapan dengan bonus demografi. Jika sumber daya manusianya sehat, cerdas, dan produktif, maka akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat,” tutupnya.
ungkapnya di hadapan peserta workshop.
Bonus demografi tidak hanya dapat dikatakan sebagai sebuah sumber daya, tetapi juga merupakan tantangan dan hambatan bagi pembangunan suatu negara. Dalam sejarah perkembangan negara-negara di dunia, bonus demografi ini hanya terjadi satu kali.
Jika dapat dimanfaatkan, akan tercipta jendela peluang untuk akselerasi pembangunan. Sebaliknya, jika tidak dimanfaatkan, ia akan menjadi masalah nasional. Menurut data BPS, momentum bonus demografi ini akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan, dan mencapai puncaknya pada tahun 2025.
Menurut perkiraan BPS (Badan Pusat Statistik), Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi selama 2030-2040. Artinya pada periode ini, kondisi masyarakat Indonesia akan didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun) dibandingkan dengan usia non-produktif.
BPS memperkirakan setidaknya 64% dari total penduduk yang diproyeksikan sebanyak 297 juta adalah usia produktif dan pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif tersebut, bagian yang menjadi tulang punggung bangsa.
Maka bagaimana agar periode tersebut benar-benar menjadi momen yang bermanfaat bagi bangsa bergantung pada kualitas penduduk usia produktif termasuk kualitas pemuda di dalamnya. Bonus demografi merupakan peluang strategis bagi Indonesia untuk mempercepat berbagai pembangunan
Bonus demografi ibarat pedang bermata dua, yang bisa menjadi berkah atau kutukan bagi bangsa Indonesia. Artinya, kita harus kembali ke SDM ketika berhadapan dengan bonus demografi. Jika sumber daya manusianya sehat, cerdas, dan produktif, maka akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat.
Semakin kayanya sumber daya manusia usia produktif berdampak positif bagi masyarakat Indonesia karena akan semakin banyak tenaga kerja yang terlibat dalam produksi. Hal ini akan menyebabkan akselerasi ekonomi dengan meningkatnya pendapatan daerah dan nasional yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun sebaliknya, akan terjadi bencana demografi, yang akan membuat penduduk usia produktif menganggur dan persaingan antar pencari kerja akan meningkat, mengingat terbatasnya kesempatan kerja.
Jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pengangguran massal dan menambah beban negara. Bagaimana tidak, angkatan produktif ini diperkirakan mendominasi pada kisaran 60-70% populasi Indonesia.
Untuk menghadapi bonus demografi ini, berbagai persiapan perlu dilakukan, terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan kesempatan kerja. Di mulai dari institusi terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Berkembangnya keluarga sejahtera akan memberikan fasilitas pendidikan bagi generasi penerus khususnya generasi muda.
Sebagai yang dominan, kaum muda tentu memegang peranan penting di era bonus demografi. Generasi ini akan menguasai roda pembangunan khususnya di bidang ekonomi, yang diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia menuju pembangunan yang lebih maju dan dinamis. Dalam rentang usia produktif ini, sudah tampak bahwa kaum muda dimotori oleh milenial.
Pada dasarnya, kehadiran generasi milenial adalah modal besar untuk mencapai kemerdekaan di semua aspek negara. Sebagai modal besar dalam pembangunan suatu negara, diharapkan generasi millenial memiliki potensi yang lebih unggul dari generasi sebelumnya.
Untuk mengetahui seberapa besar potensi dan kapabilitas yang dimiliki kaum milenial Indonesia dalam mendorong pembangunan Indonesia, pemuda harus menjadi motor penggerak perubahan, agar Indonesia dapat memetik hasil maksimal dari bonus demografi. Peningkatan kualitas, termasuk hubungannya dengan pembukaan pasar tenaga kerja.