LINTASJATIM.com, Surabaya – Dokter yang sempat viral di media sosial Twitter merupakan karyawan Rumah Sakit Royal Surabaya. Pihak RS pun menyangkal terkait cuitan salah satu karyawannya itu.
Sebelumnya diberitakan bahwa pemilik akun Twitter Qcakasana atau Aditya C. Janottama akan membongkar kebobrokan Pemerintah Kota Surabaya dalam menangani pasien Covid-19 di Kota Pahlawan itu.
Salah satu yang menjadi sorotan Aditya C. Janottama yaitu fasilitas RS yang menurutnya kurang memadai bagi pasien. Tak hanya itu, fasilitas bagi karyawan RS juga tak luput dibahasnya.
“Oke kita mulai dari awal tentang rumah sakit dulu ya… tentang RS-RS rujukan yang menerima pasien dengan COVID-19 di Surabaya. Adanya total 15 RS. Tapi ga semua diciptakan sama,” tulisnya di twitter.
“Jadi di RS2 dadakan ini pemeriksaannya ga lengkap. Okelah kalau pemeriksaan yang sophisticated ga bisa, saya masih paham. Tapi kalau untuk menentukan pasien perburukan gangguan napas atau tidak aja tidak bisa, mau jadi apa?,” tulisnya.
Dilansir dari beritajatim.com, terkiat cuitan itu, pihak RS Royal Surabaya membenarkan jika @cakasana atau Aditya C. Janottama merupakan salah satu dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut.
“Yang bersangkutan merupakan karyawan Rumah Sakit Royal Surabaya yang bekerja di bagian IGD sebagai Dokter Jaga IGD,” ujar Direktur RS Royal Surabaya, Henny Poeri Margastuti.
Terkait cuitan soal tidak adanya bantuan dari Pemkot Surabaya, pihak RS Royal menyangkal hal itu. “Pernyataan tersebut adalah pendapat atau pernyataan pribadi yang bersangkutan tanpa didukung data yang valid,” kata Henny.
“RS Royal Surabaya tidak bertanggung jawab terhadap apapun yang menjadi pendapat atau pernyataan pribadi karyawan rumah sakit di media sosial maupun media lainnya. Namun demikian, pihak rumah sakit menyayangkan adanya insiden tersebut dan akan menindaklanjuti dengan melakukan investigasi kepada yang bersangkutan,” tambahnya.
Apabila dalam investigasi ditemukan adanya pelanggaran kode etik dan disiplin, pihak RS Royal akan memberikan sanksi kepada @cakasana. “Sanksi akan diberikan sesuai rekomendasi dari Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Royal Surabaya,” pungkas Henny.
Di sisi lain, Kadiskominfo Pemkot Surabaya M. Fikser mengundang pemilik akun Twitter @cakasana untuk datang dan berdiskusi bersama jajaran Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19 Surabaya untuk berdiskusi bersama.
Hal ini terkait dengan cuitannya yang memberikan kritik keras kepada Pemkot Surabaya tentang kebijakan yang diambil selama masa pandemi.
“Kalau memang beliaunya kurang puas atau punya ide, bisa datang langsung ke gugus tugas untuk diskusi bersama kami. Pemikiran beliau pasti bisa berguna untuk menangani hal ini. IDI Surabaya sudah melakukan koordinasi dengan baik bersama kami,” kata Fikser.
“Kami menyayangkan kenapa itu disampaikan ke media sosial berpotensi membuat disinformasi. Makanya ini kami luruskan,” tambahnya.
Terkait bantuan APD kepada tenaga medis, Fikser memastikan jika hal itu sudah menjadi perhatian khusus Pemkot Surabaya.
“60 ribu lebih APD telah diberikan merata ke seluruh rumah sakit. tapi apakah itu sampai ke tenaga kesehatan yang bertugas, kami tidak tahu. itu Bu Risma langsung mendistribusikan,” bebernya.
“Pemkot sangat terbuka mekakukan penanangan ini. Kami tidak ingin seperti gunung es. Kami lakukan rapid test massal dan terus menerus itu terbuka soal ini,” pungkas Fikser.