LINTASJATIM.com, Surabaya – Warga sekitar TPU Keputih Surabaya merasa terganggu. Pasalnya, hampir setiap 5 menit sekali terdapat ambulans jenazah yang lewat. Selain itu, warga juga terganggu dengan suara sirine dan para pengantar jenazah yang arogan.
Akhirnya, pada Rabu (14/7/2021) malam dipasang banner di pintu masuk Kelurahan Keputih. Dalam banner tersebut, warga meminta semua mobil jenazah mematikan sirine saat melintas di Keputih, dan para pengantar jenazah tidak arogan.
Banner tersebut bertuliskan, “Anda memasuki wilayah kampung Kelurahan Keputih. 1. Ambulance (mobil jenazah) matikan sirine. 2. Pengantar jenazah jangan arogan. #Jangan mengganggu ketentraman kampung kami#,”.
Seorang warga Jalan Keputih Tegal, Arin (36) mengaku merasa terganggu dengan sirine ambulans. Terlebih saat waktu salat tiba. Suara azan dengan sirine barengan.
“Terganggu banget sama sirine, tengah malam masih ada ambulans, kadang bareng-bareng lewatnya berjajar, tiap 5 menit ada. Waktunya salat, azan seharusnya ya ga usah dihidupin sirine. Tapi mulai kemarin ga ada yang bunyi,” kata Arin kepada tim media, Kamis (15/7/2021).
Selain itu, hal lain yang meresahkan warga yakni pengantar jenazah yang arogan. Pengantar jenazah kerap memainkan tongkat agar pengendara lain minggir. Aksinya kadang sambil menggeber motor.
“Pengantar jenazah yang arogan bawa pentung itu yang paling meresahkan, blayer-blayer kayak konvoi. Sampai tengah malam juga gitu. Yang bikin resek itu nganter jenazah. Mobil sudah minggir masih dipinggir-pinggirin. Sirine mungkin masih bisa dikecilkan, yang nganter jenazah ini menguasai jalan, mainin tongkatnya. Sampai marah-marah, bengok-bengok nyuruh minggir,” keluhnya.
Keluhan lain juga disampaikan Misyani (64). Ia mengaku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena ada suara sirine mobil jenazah hingga malam. Ia yang sudah lansia juga merasa takut.
“Takut, ngeri, kadang ga sampai 5 menit datang lagi. Dari pagi sampai tengah malam gitu terus, tambah malam tambah keras. Jadi bikin ga bisa tidur, baru tidur sak sliutan ada lagi, jadi bangun. Yang tua ini bisa ga mati gara-gara Corona, tapi mati karena kaget. Yang kecil anak-anak juga terganggu,” kata Misyani.
Sementara Sahuri, Ketua RT 02, RW 08, Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo mengatakan, dipasangnya banner tersebut sudah berdasarkan kesepakatan warga. Mayoritas keluhan saat salat di masjid, suara imam dengan sirine mobil jenazah berbarengan sehingga tidak tahu kapan saat duduk di antara dua sujud.
“Dari keluhan warga sudah kesepakatan itu. Paling urgent kalau waktu salat. Kalau warga saya sendiri keluhan mayoritas di waktu salat, pas salat 4 rakaat bunyi pas jam salat, merasa terganggu sekali, masjidnya itu di depan jalan,” tandasnya.