LINTASJATIM.com, Bangkalan – Warga Desa Pocong, Kecamatan Tragah, Bangkalan menggelar aksi demonstrasi di DPRD Bangkalan, Senin (12/10/2020) siang.
Aksi demonstrasi dipimpin langsung oleh Direktur Rumah Advokasi Rakyat (RAR), Risang Bima Wijaya.
Risang, mengkritisi dan mempertanyakan sikap wakil rakyat terkait pengawasan terhadap Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sumber pocong Bangkalan.
Sambil berorasi dilengkapi mobil pick-up yang bertuliskan fuck the sistem disertai selebaran yang bertuliskan ‘PDAM menjajah warga Pocong’.
Wakil rakyat kita di Bangkalan jadi backing dari PDAM. kata Risang, DPRD sudah jelas tau kesalahan PDAM, melalui sorotan dimedia serta pada saat penyampaian pandangan umum didewan.
“Baik dari kinerja, aturan dan tata kelola yang benar mereka tau. Tapi mereka saat ini pura pura tuli,” paparnya.
Orasi Risang bercerita jika sebelumnya warga pocong mengambil air minum di sumber PDAM.
Tapi sekarang tidak bisa, karena airnya dijual ke Surabaya dengan nama lembaga pihak ketiga.
Sumber pocong, hanya diperas hasil alamnya. Tetapi kontribusi CSR-nya tidak pernah dirasakan warga. Padahal sumber pocong adalah sumber air utama dari PDAM.
Saat ini muncullah gejolak pada warga. Warga Pocong akan menjebol tembok PDAM, karena warga sudah tidak punya akses ke sumber mata air.
“Sekarang airnya dialirkan melalui sungai, sedang air dari sumber dijual ke Surabaya,” ungkap Risang dalam orasinya.
Begitupula, pipa PDAM menjalar melewati rumah warga Pocong. Tapi warga tidak pernah mendapat kompensasi dan ganti rugi.
“Sedang jika diminta CSR. PDAM menyebut jika perusahaannya mengalami kerugian,” paparnya.
Padahal tahun 2019 PDAM merilis, jika keuntungannya perusahaan air minum tsrsebut sebesar 2,9 miliar.
“Begitupun bagi pekerja di PDAM hanya yang asli warga Pocong cuma 7 orang. Itupun semua jadi pesuruh atay kacung. Miris,” kata Risang.
Aksi ini, diketahui buntut dari audensi yang tidak ditanggapi.
“Kami sudah berkirim surat. Kami sudah minta baik baik. Tapi kalian tolak audensi kami,” pungkasnya.
Sedangkan warga Pocong, Moh. Anwar pengakuannya pada wartawan dari masa penjajahan 1928 warga setempat belum pernah menerima CSR.
Padahal air yang diambil oleh salah satu perusahaan daerah itu dari Desa Pocong.
Setiap tahun, masyarakat melaksanakan acara haul Pujuk Pocong.
Namun demikian, dirinya mengaku, ketika desanya mengadakan kegiatan haul tersebut, seakan pihak PDAM tutup mata untuk memberikan bantuan semacam CSR.
“Pujuk itu yang melindungi sumber pocong, makanya jika tidak diadakan haul takut sumber airnya tertutup. Jika ditutup walaupun Bupati tidak bisa minum,” kata dia.
Oleh karena itu dirinya, mewakili warga Desa Pocong meminta kepada pihak legislatif, agar menindak lanjuti persoalan tersebut kepada PDAM.
“Kami mengharapkan pihak dewan memahami persoalan kami dari Desa Pocong,” katanya.
Hingga massa aksi melakukan orasi secara bergantian, tak satupun pihak legislatif yang keluar dari ruangannya. Sehingga mereka harus pulang dengan tangan hampa.
Namun, massa aksi berjanji akan melakukan demo setiap minggu ke kantor dewan, sampai ada kejelasan dan tindak lanjut dari pihak legislatif terkait CSR atau Corporate Social Responsibility PDAM.
“Kita akan kembali minggu depan, bahkan kita akan terus berorasi setiap minggu hingga ada kejelasan terkait persoalan ini,” pungkasnya.
Sampai berita ini diangkat, Lintas Jatim mencoba konfirmasi pada legislatif di Bangkalan. Namun hingga berita ini diterbitkan belum ada respon dari yang bersangkutan. (Syaf/Ad)