LINTASJATIM.com, Lumajang – Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Jumat (21/11/2025) meninggalkan kesan mendalam bagi warga Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro.
Pemerintah desa menilai aktivitas vulkanik kali ini merupakan yang paling dahsyat dalam beberapa tahun terakhir, bahkan melampaui erupsi besar pada 2021.
Dikutip dari detikJatim.com, Sekretaris Desa Sumber Wuluh, Samsul Arifin, mengatakan besarnya jarak luncuran dan volume awan panas guguran (APG) membuat erupsi kali ini terasa jauh lebih ekstrem.
Saat ditemui di jalur Besuk Kali Regoyo — salah satu lintasan utama APG dan lahar — ia menegaskan bahwa situasi 2025 tidak bisa dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau dari pengalaman kami, ini erupsi terbesar. Dari jaraknya dan luncurannya, ini yang paling besar,” ujarnya, Sabtu (22/11/2025).
Samsul menjelaskan bahwa aliran awan panas maupun banjir lahar dari puncak Semeru umumnya berkumpul di jalur sungai yang mengarah ke beberapa wilayah.
Besuk Kali Regoyo menjadi salah satu titik paling rawan karena menjadi lintasan utama sebelum aliran menyebar ke kawasan Pronojiwo ataupun Pasak.
“Awan panas atau lahar pasti menyatu dari sini. Bisa ke sini, ke Pronojiwo, atau ke Pasak.” katanya.
“Yang berbahaya itu alirannya. Luapannya bisa saja melebihi batas dan mengancam permukiman,” tambahnya.
Karena potensi bahaya yang tinggi, perangkat desa terus memantau perkembangan aktivitas gunung melalui pos pantau Semeru. Informasi kemudian diteruskan ke warga melalui grup WhatsApp dan komunikasi langsung antarwarga.
“Jika ada tanda atau informasi dari pos pantau, kami langsung meng-update di grup WA. Warga yang tidak punya HP biasanya diberi tahu tetangganya,” jelasnya.
Pengalaman menghadapi erupsi berulang membuat masyarakat Sumber Wuluh cepat tanggap terhadap ancaman. Menurut Samsul, warga kini sudah terbiasa mengevakuasi diri sebelum kondisi semakin berbahaya.
“Banyak warga sudah sadar untuk cepat mengungsi, baik ke posko maupun ke rumah saudara,” ucapnya.
Pada erupsi terbaru ini, sejumlah warga sempat panik dan mengungsi karena trauma 2021. Namun ia memastikan bahwa APG masih berada di jalur alirannya dan tidak mencapai permukiman.
“Alhamdulillah kemarin aman. APG tetap di jalurnya, tapi kami masih khawatir banjir laharnya,” tegasnya.
Status tanggap darurat juga berdampak pada kegiatan perekonomian. Aktivitas penambangan pasir di sekitar aliran sungai dihentikan sementara karena risiko yang tinggi.
“Hari ini libur total karena masih tanggap bencana. Semeru masih mengeluarkan lava, awan panas, dan lahar,” ungkap Samsul.
Desa Sumber Wuluh dihuni sekitar 2.000 kepala keluarga yang sebagian besar berada di zona rawan bencana. Pemerintah desa kembali mengingatkan warga agar tetap waspada dan siap mengungsi bila erupsi kembali meningkat.
“Warga sudah terbiasa mengungsi, tapi kami tetap siaga penuh karena kondisinya belum stabil,” tutupnya.






