LINTASJATIM.com, Lumajang – Aksi pengiriman paket fiktif dengan sistem bayar di tempat (Cash on Delivery/COD) menyasar rumah orangtua Agus Harianto, seorang influencer asal Lumajang.
Selama hampir sepekan, belasan barang bernilai puluhan juta rupiah berdatangan ke rumah tersebut tanpa pernah dipesan. Kasus ini diduga kuat merupakan bentuk doxing yang menyerang privasi dan keamanan personal Agus.
“Seluruh barang datang atas nama saya, tapi saya tidak pernah memesannya. Yang jadi korban justru orang tua saya,” ujar Agus, Sabtu (12/7/2025).
Barang-barang yang diterima bukan sembarangan — mulai dari 1 unit televisi, 4 unit PlayStation 4, 3 laptop, 1 headphone, 3 kasur, hingga 1 akuarium. Total nilai dari paket-paket ini diperkirakan melebihi Rp20 juta.
Agus, yang kini berdomisili di Kelurahan Jogotrunan, menduga aksi ini bukan insiden acak. Ia mencurigai keterkaitan dengan aktivitasnya sebagai kreator konten kritis di TikTok.
“Saya sering bikin video kritik, terutama soal isu-isu sosial dan kebijakan pemerintah. Kadang ada yang kirim ancaman di DM, seperti ‘tunggu saja, akan datang paket buatmu’,” kata Agus.
Ia menambahkan bahwa pelaku tampaknya menggunakan datanya untuk membuat akun palsu di berbagai platform e-commerce dan ojek daring, termasuk Gojek dan Shopee. Semua pesanan itu diarahkan ke alamat rumah orangtuanya yang masih tercantum di KTP miliknya.
“Untungnya orangtua saya curiga dan menelepon dulu sebelum bayar. Tapi tetap saja, mereka sampai stres karena kurir juga ikut marah, mengira mereka menipu,” imbuh Agus.
Menanggapi laporan Agus, Kapolres Lumajang, AKBP Alex Sandy Siregar membenarkan bahwa pihaknya sedang menangani kasus serupa.
Ia menyebut dugaan doxing kini menjadi tantangan baru di era digital, terutama saat identitas pribadi dengan mudah tersebar secara online.
“Kami memang menangani beberapa laporan doxing. Termasuk laporan dari saudara Agus, dan saat ini masih dalam tahap penyelidikan,” ujar AKBP Alex.
Kapolres juga menekankan pentingnya kehati-hatian dalam penggunaan perangkat digital. Banyak kebocoran data, menurutnya, bermula dari tindakan kecil yang tak disadari oleh pengguna.
“Jangan sembarangan klik tautan, bahkan jika itu berasal dari kontak yang kita kenal. Bisa jadi akun mereka sudah diretas,” tegasnya.
Kasus yang menimpa Agus bukan yang pertama di Indonesia. Fenomena doxing terhadap tokoh publik atau aktivis media sosial kian meningkat, sering kali digunakan sebagai alat intimidasi.
Kejadian ini sekaligus menjadi peringatan bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi dan membatasi informasi yang dibagikan secara publik.