LINTASJATIM.com, Bojonegoro – Peristiwa tenggelamnya perahu tambang di Sungai Bengawan Solo Bojonegoro diduga disebabkan oleh proyek pembangunan jembatan. Apakah benar?
Menurut informasi, di dekat lokasi kejadian memang terdapat proyek pembangunan jembatan. Dua kaki jembatan sudah berdiri di atas sungai. Sementara tiang pancang besi juga terlihat di atas sungai. Terlihat juga timbunan atau urukan tanah di sisi kanan kiri sungai dekat dengan pinggir.
Kepala Desa Semambung, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Neny Rachmawati menjelaskan bahwa pembangunan jembatan ini sudah berjalan selama 4 bulan.
“Iya. Pembangunan fisik jembatan sudah rampung sekitar 60%,” ujarnya.
Menurut Neny, tiang di sisi kiri dan kanan dari pembangunan jembatan dan timbunan tanah mengakibatkan adanya penyempitan lajur air sungai.
“Nah, itu juga bisa menyebabkan arusnya yang deras itu ada karena timbunan tanah di sisi kiri dan kanannya tiang jembatan. Akhirnya air yang harusnya bisa melebar akhirnya menyempit lewat tengah tiangnya tadi,” kata Neny kepada tim media di lokasi kejadian, Kamis (4/11/2021).
Selain itu, lanjut Neny, diperparah dengan kondisi arus Bengawan Solo yang tengah deras-derasnya. Arus deras ini akibat curah hujan yang tinggi.
“Saat ini, Sungai Bengawan posisinya juga lagi deras-derasnya mungkin karena curah hujan yang tinggi beberapa hari ini,” tambahnya.
Ditemui berbeda, Kepala BPBD Bojonegoro Ardhian Orianto mengatakan bahwa tenggelamnya perahu tambang disebabkan robohnya tiga sepeda motor yang diangkut hingga membuat perahu oleng.
“Jadi memang arus air cukup deras kemudian ada tiga sepeda motor di sebelah yang roboh. Hal ini menjadi salah satu pemicu terbaliknya perahu itu,” ungkapnya.
Sementara itu, tim gabungan hingga kini masih melakukan pencarian korban.