LINTASJATIM.com, Ngawi – Seorang pelajar asal Desa Ngancar, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi mengeluhkan biaya pendidikan. Padahal, Ia sering mendapat juara saat mengikuti lomba mewakili sekolahannya tersebut.
Namanya Erik Wibowo (16) yang merupakan siswa kelas XI aktif di SMK Negeri 1 Pitu. Ia tinggal di Dusun Kaligede yang terletak dipinggir alas jati.
Pelajar SMK yang tinggal di dusun dengan jumlah 70 Kartu Keluarga (KK) ini, ternyata menyimpan segudang prestasi. Beberapa tahun lalu, Erik menorehkan tinta emas dan membanggakan nama baik sekolahnya.
Dalam perlombaan, National Open Tournament Pencak Silat Of Tugu Muda Championship 2 2019 yang dilangsungkan beberapa tahun lalu di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Erik meraih Juara II tanding putra tingkat SMA/MA/Sederajat yang mewakili dan membawa nama kontingen SMK Negeri 1 Pitu di kancah nasional.
Tak berhenti disitu, beberapa hari lalu Erik mengikuti perlombaan IPSI yang digelar di Kota Magetan, Jawa Timur, yang Mewakili Pencak Silat Perguruan Setia Hati Terate (Psht), juga mendapatkan juara terbaik.
Masih banyak lagi prestasi yang pernah raih oleh Erik. Hal itu terlihat dari beberapa medali dan piagam yang tersimpan rapi dirumahnya.
Erik mengaku setiap memenangkan pertandingan ia mendapatkan uang 600ribu dari pihak sekolah. Meski begitu, Erik mengeluh karena tetap harus membayar Komite.
“Padahal saya sudah membawa nama baik sekolahan, tapi kenapa saya masih dipungut biaya seperti komite. Bukankah biasanya siswa yang berprestasi perlakuannya berbeda dengan siswa lainnya,” keluh Arik, Kamis (29/10/2020).
Mendengar cerita Erik sebagai warga masyarakatnya, Kepala Desa (Kades) Ngancar, Nurhadi Hamdani turut prihatin.
“Atas nama Pemdes Ngancar, saya beserta Sugiyono selaku Kasun Kaligede, memfasilitasi atau menjembatani, untuk menyampaikan keluhan Erik kepada Kepala SMK Negeri 1 Pitu,” ungkapnya.
Menurut Nurhadi, seharusnya pihak sekolahan memperhatikan siswanya yang berprestasi. Paling tidak perlakuannya berbeda dengan siswa lainnya. Bagaimana pun ia telah berperan menghharumkan nama sekolah.
“Untuk memprioritaskan siswa yang berprestasi, Erik ini warga masyarakat yang kurang mampu, seharusnya prestasi itu bisa meringankan bebannya,” pungkas Kades.
Selain berprestasi, Erik merupakan seorang anak yang tekun. Ia hidup dengan neneknya di dusun pinggiran alas jati. Untuk menyambung nafas, ia rela bekerja serabutan, kedua orangtuanya merantau ke kota. (Dho/Stj)