STAI Diponegoro Tulungagung Wujudkan Desa Inklusif Anak Lewat PKM Kolaboratif

PKM Kolaboratif STAI Diponegoro Tulungagung wujudkan desa Inklusif anak. (Dokumen STAI Diponegoro)
PKM Kolaboratif STAI Diponegoro Tulungagung wujudkan desa Inklusif anak. (Dokumen STAI Diponegoro)

LINTASJATIM.com, Tulungagung – Komitmen untuk menciptakan lingkungan desa yang aman, ramah, dan inklusif bagi anak terus diperkuat melalui kolaborasi antara dunia akademik dan pemerintah desa. Hal tersebut diwujudkan melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) kolaboratif.

Mengambil bertema ‘Pelatihan Kepemimpinan Anak :Wujudkan Desa Inklusif Anak dan Pencegahan Kekerasan-bullying’ yang dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Diponegoro Tulungagung di Aula Desa Pulerejo, Kecamatan Ngantru, pada Minggu (14/12/2025).

Bacaan Lainnya

Kegiatan ini diikuti oleh perangkat Desa Pulerejo, perwakilan Forum Anak Desa (FAD), tokoh masyarakat, pendamping desa, serta mahasiswa STAI Diponegoro Tulungagung yang terlibat langsung dalam program Kuliah Kerja Praktik Lapangan (KKPL).

Suasana kegiatan berlangsung partisipatif dan interaktif, mencerminkan semangat bersama dalam membangun desa yang berpihak pada kepentingan terbaik anak.

Sementara, Kepala Desa Pulerejo, Agung Wibawanto, menyampaikan bahwa isu perlindungan anak dan pencegahan kekerasan merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat desa.

Ia menegaskan bahwa pemerintah desa tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan dari lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, dan generasi muda.

Oleh karena itu, penguatan Forum Anak Desa (FAD) dipandang sebagai langkah strategis untuk memastikan suara anak didengar dan dilibatkan dalam pembangunan desa.

“Pemerintah Desa Pulerejo berkomitmen mewujudkan desa inklusif anak melalui penguatan Forum Anak Desa,” beber Agung Wibawanto.

Menurutnya kerja sama dengan STAI Diponegoro Tulungagung ini menjadi bagian penting dalam upaya membangun kesadaran, kapasitas, dan keberanian anak-anak desa untuk melindungi dirinya serta lingkungannya dari berbagai bentuk kekerasan.

Sementara itu, Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAI Diponegoro Tulungagung, Dr M Kholid Thohiri, MPdI, dalam sambutannya menekankan bahwa perguruan tinggi memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk hadir di tengah masyarakat.

Dikatakannya, PKM kolaboratif ini tidak hanya menjadi sarana transfer pengetahuan, tetapi juga ruang pembelajaran sosial bagi mahasiswa agar mampu memahami persoalan riil yang dihadapi masyarakat desa, khususnya terkait perlindungan anak.

Ia menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan kepemimpinan dan penguatan karakter anak serta remaja desa sebagai upaya pencegahan dini terhadap kekerasan anak dan bullying.

“Desa inklusif anak hanya dapat terwujud apabila anak-anak diberi ruang untuk tumbuh sebagai subjek, bukan sekadar objek pembangunan. Melalui pelatihan kepemimpinan, kami ingin menanamkan nilai keberanian, empati, tanggung jawab, dan kepedulian sosial sejak dini,” ungkapnya.

Kholid menegaskan bahwa kolaborasi antara STAI Diponegoro Tulungagung dan pemerintah desa merupakan model sinergi yang perlu terus dikembangkan.

Perguruan tinggi, menurutnya, dapat berperan sebagai mitra strategis desa dalam penguatan sumber daya manusia, khususnya dalam isu-isu pendidikan, keagamaan, dan sosial kemasyarakatan.

Kegiatan PKM ini juga diisi dengan penyampaian materi oleh Davit Tegar Wicaksono, narasumber dari KKPL STAI Diponegoro Tulungagung.

Dalam pemaparannya, ia menyoroti pentingnya peran aktif anak dan remaja desa sebagai pelopor dan pelapor dalam upaya pencegahan kekerasan dan perundungan.

Ia juga menekankan bahwa desa inklusif anak harus mampu menyediakan ruang aman, baik secara fisik maupun psikologis, bagi tumbuh kembang anak.

Materi yang disampaikan tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga dilengkapi dengan diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi sederhana yang melibatkan peserta secara aktif.

Hal ini bertujuan agar peserta, khususnya anggota Forum Anak Desa, mampu memahami bentuk-bentuk kekerasan anak, faktor penyebabnya, serta langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang dapat dilakukan di tingkat desa.

Melalui kegiatan PKM kolaboratif ini, diharapkan terbangun kesadaran kolektif seluruh elemen masyarakat Desa Pulerejo tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang ramah anak dan bebas dari kekerasan.

Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan mampu memperkuat peran Forum Anak Desa sebagai wadah partisipasi anak dalam pembangunan desa, sekaligus sebagai garda terdepan dalam mewujudkan Desa Pulerejo yang inklusif, aman, dan berkelanjutan bagi generasi masa depan.

Pos terkait