LINTASJATIM.com, Trenggalek – Halaman SMKS Qomarul Hidayah 2, Kecamatan Tugu, Trenggalek tak seperti biasa dengan gegap gempita dan riang gembira. Busana yang dipakai oleh beberapa siswa-siswi tampak berbeda dari hari-hari biasa.
Ya, mereka kali ini unjuk kreasi dalam agenda ‘Unjuk Inovasi’ Pelaksanaan Program Bantuan Pemerintah Program Proyek Kreatif dan Kewirausahaan. Kelompok Kewirausahaan SMKS Qomarul Hidayah 2 ‘Naturique Fashion’ Creativity Sustainability, Entrepreneurship.
Kepala SMKS Qomarul Hidayah 2, Syaiful Habib melalui Waka Kurikulum SMKS 2 Qomarul Hidayah, Dwi Nur Indahsari menjelaskan usulan dari awal project ini adalah se-Indonesia. Kemudian sekolah mengusulkan melalui proses seleksi ketat diikuti dari seluruh siswa siswi se-Nusantara.
“Memang hanya disaring sebanyak 250 sekolah. Alhamdulillah sekolah kami bisa terpilih menjadi peserta,” ujar Dwi Nur Indahsari kepada pewarta, Senin (8/12/2025).
Indahsari menerangkan harapan besar dadi sekolah melalui adanya bantuan project ini, peserta didik bisa menjadi wirausahawan yang baik kedepannya. Bukan hanya setelah mereka lulus, namun juga ketika masih duduk di bangku sekolah sudah bisa berwirausaha.
“Karena wirausaha ini memang basicnya SMK. Dengan project ini lalu, kami juga berharap anak anak lebih mengembangkan potensinya,” ulasnya.
Ia mengaku, apapun hobi dan kegemaran anak-anak, bisa berbuah pada keberhasilan siswa-siswi untuk meningkatkan ekonomi dan peluang besar di dunia wirausaha.
“Apapun kesenangan lebih baik supaya bisa menjadi sebuah peluang untuk menjadi usaha mereka, untuj lebih meningkat taraf hidup mereka di masa depan,” paparnya.
Pihaknya mengaku jumlah siswa yang terlibat project ini khusus kelompok Kewirausahaan ada sekitar 21 anak. Termasuk juga melibatkan jurusan lain, Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) serta Manajemen Perkantoran, khususnya di jurusan desain dan produksi busana.
Senada, Pendamping Batik Ecoprint sekaligus Guru Proyek Kreatif dan kewirausahaan, Fahlaweni Cahyaningrum mengulas kainnya yang digunakan adalah kain katun yang serat alami. Sehingga serat serat dari alam bisa masuk ke tahap stem.
“Jadi di dalam ccoprint ada tiga tahap, pertama pounding, steam dan fiksasi. Setelah tiga tahap bisa dilewati di kain menjadi nanti bisa seperti daun-daun seperti ini,” ujar Fahlaweni Cahyaningrum.
Ia mengaku tidak semua daun bisa digunakan. Ia memperlihatkan hasil karya anak-anak, kain bermotif daun kenikir, daun jati setelah melalui proses demi proses.
“Terus dari semua daun tidak bisa masuk Ecoprint karena daun daun yang teninnya banyak seperti jati, kenikir dan seterusnya,” tambahnya.
Dikatakannya, setelah ateaming atau mengukus, kain yang sudah tersusun daun dan bunga digulung rapat lalu dikukus selama beberapa jam. Lalu, proses fiksasi atau penguncian warna supaya tujuan mengunci warna agar tidak mudah luntur saat dicuci.
“Dibandingkan produk lain dengan yang ini Ecoprint itu lebih bisa ramah lingkungan. Karena yang dipakai diperoleh dari alam dan tidak menggunakan bahan kimia sama sekali,” pungkasnya.
Sementara, Guru Pendamping Project Kreatif dan Kewirausahaan, Muhammad Oki Mabruri menerangkan untuk proses pembuatan baju setelah menjadi kain kurang lebih 1 sampai 2 minggu. Proses tersebut memakan waktu karena
“Karena kita mengejar target harus selesai sebelum berakhir pelaporan, jadi harus selesai tepat waktu. Sekitar 1 sampai dua minggu,” ulas Muhammad Oki Mabruri.
Ia mengatakan dari bahan kain tersebut bisa dibuat baju, rompi menjadi tas tootbag. Produk Ecoprint sendiri untuk menjadi berbagai macam fashion selain baju bawahan, baju atasan atau semua bisa tergantung permintaan akab dibuat apa.
“Tapi yang kali ini kita fokuskan untuk fashion dan tas totebag sama tas dinding. Lalu, ada sisa dari kain untuk pembuatan kranci atau tali rambut sampai dompet,” akuinya.
Oki melanjutkan semua pengerjaan dilakukan oleh siswa. Pihak guru hanya sekadar mendampingi siswa, semisal ketika ada kendala atau apapun baru guru bisa memberikan arahan kepada siswa
“Fokusnya tetap ke siswa kita hanya mendampingi siswa,” tandasnya.






