UINSW Gelar Seminar Nasional, Bahas Resiliensi Spiritual di Era Digital

UINSW gelar seminar nasional bahas resiliensi spiritual di era digital.
UINSW gelar seminar nasional bahas resiliensi spiritual di era digital.

LINTASJATIM.com, Kediri – Universitas Islam Negeri Syekh Wasil (UINSW) Kediri menggelar Seminar Nasional bertema ‘Membaca Kembali Naskah Turots Tasawuf Nusantara untuk Resiliensi Spiritual di Era Digital’ dengan menghadirkan Mudir Aali Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu‘tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN), Prof. Ali Masykur Musa, sebagai narasumber utama. Acara yang berlangsung pada Rabu (3/12/2025) ini dihadiri para kiai, bu nyai, akademisi, dan mahasiswa.

Rektor UINSW, Prof. Wahidul Anam, menegaskan bahwa kampus Syekh Wasil memiliki keterikatan sejarah yang kuat dengan para ulama.

Bacaan Lainnya

Ia menyebut KH. Mahrus Aly dari Pondok Pesantren Lirboyo sebagai salah satu tokoh yang turut memprakarsai pendirian UINSW, sehingga kampus ini sejak awal dibangun atas dasar pengabdian dan kedekatan dengan para masyayikh.

“UIN Syekh Wasil tidak pernah jauh dari para ulama dan selalu ingin berkhidmat untuk umat,” ujarnya.

Prof. Wahidul menjelaskan bahwa kehadiran para ulama dalam seminar ini merupakan bagian dari upaya kampus menyambung sanad dan tradisi keilmuan.

“Hari ini kami mengundang para kiai, bu nyai, serta Mudir Aali Prof. Ali Masykur Musa untuk menyambung tradisi keilmuan. Ini menjadi penyemangat bagi UIN Syekh Wasil untuk terus berkembang di bawah bimbingan para ulama,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa mengangkat kembali naskah turots tasawuf Nusantara merupakan agenda penting, sebab banyak khazanah keislaman yang belum sepenuhnya digali.

UINSW, melalui Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, siap menjadi pionir kajian tasawuf Nusantara dan pusat pengembangan keilmuan di bidang tersebut.

“Kami merasa perlu mengajak semua pihak membaca kembali naskah turots tasawuf Nusantara sebagai upaya membangkitkan dan memperkenalkan kekayaan wacana keislaman yang lahir dari para ulama Nusantara,” jelasnya.

Dalam pemaparannya, Prof. Ali Masykur Musa menyoroti pentingnya menjaga kebersihan hati di tengah tantangan era digital.

Ia menilai kehidupan modern yang penuh distraksi, kegaduhan informasi, dan tekanan psikologis rentan melemahkan ketenangan batin. Menurutnya, tasawuf menjadi jalan untuk menjaga stabilitas spiritual dan keterhubungan dengan nilai ilahiah.

“Kita perlu menata hati agar tetap bersih dan terjaga dari hawa nafsu. Tasawuf mengajarkan kedalaman spiritual yang sangat relevan dalam menghadapi dinamika kehidupan,” katanya.

Seminar berlangsung interaktif dengan banyak pertanyaan dari peserta terkait praktik spiritual, tasawuf, hingga upaya menghidupkan kembali manuskrip klasik Nusantara.

Peserta juga mengapresiasi dorongan agar perguruan tinggi Islam bergerak bersama meneliti, menyunting, dan mengajarkan kembali karya para ulama terdahulu.

Selain Prof. Ali Masykur Musa, seminar juga menghadirkan narasumber lain, yakni Prof. Robingatun, Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Syekh Wasil Kediri, dan Dr. Ahmad Karomi, Sekretaris Nahdlatut Turots dan LTN NU Jawa Timur.

Pos terkait