KKN di Tengah Pandemi, Mahasiswa UM Buat Gerakan 1000 Masker

Oleh
Mahasiswa KKN Universitas Negeri Malang*

Pada Tanggal 9 April 2020, Universitas Negeri Malang telah mewajibkan seluruh mahasiswanya untuk mengambil Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN kali ini sangat jauh berbeda dengan KKN pada tahun sebelumnya. Perbedaan yang mencolok dapat dilihat dari segi kegiatan program kerja.

Bacaan Lainnya

Pada tanggal 10 April 2020, KKN Edisi Covid-19 memiliki tema yang berbeda. Virus Corona ialah virus yang menyerang sistem pernapasan yang mengakibatkan kematian pada manusia menurut WHO. Virus corona atau biasa disebut SARS-CoV-2 menyebar di segala penjuru belahan dunia.

Keberadaan virus ini berdampak pada aktifitas kegiatan belajar di Universitas Negeri Malang. Kegiatan KKN yang seharusnya pengabdian kepada masyarakat secara normal, namun berubah karena pandemi Covid- 19.

Hal tersebut mengharuskan semua aktifitas selama KKN harus dilakukan dengan daring/online. Mahasiswa harus melakukan seluruh program kerja KKN dengan bergilir dan tidak boleh berkumpul dengan banyak orang. Meskipun kegiatan dilakukan dengan penuh kesulitan, namun hal itu tidak menyurutkan semangat peserta dalam menyelesaikan kegiatan KKN dengan gembira.

Program Seribu Masker Pencegah COVID-19 menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memutuskan rantai virus Corona. Mayoritas masyarakat Sidoarjo masih meremehkan penggunaan masker, salah satunya warga di Desa Kepuh Kemiri.

Melihat hal itu, mahasiswa KKN membagikan 1000 masker secara gratis kepada warga di Desa Kepuh Kemiri, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo pad Senin (8/6/2020). Pembagian masker dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 di Desa Kepuh Kemiri.

Kepala Desa Kepuh Kemiri, Ibu Nunuk Fentya Rahayu sangat mendukung program kerja Mahasiswa KKN dalam pembagian masker. Menurutnya Kegiatan pembagian 1000 masker secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan kesadaran warganya dalam memutus penyebaran Covid-19 dengan menggunakan masker.

Dalam pembuatan masker, terdapat beberapa alat dan bahan yang perlu dipersiapkan. Alat dan bahan tersebut meliputi kain, gunting, tali karet, dan mesin jahit. Setelah alat dan bahan sudah disiapkan, selanjutnya melakukan proses pembuatan masker.

Proses pembuatan masker yang pertama yaitu pemotongan kain dengan ukuran kurang lebih 20 x 15 cm. Kain yang digunakan jenis spundbond, lapisan kain yang digunakan sebanyak 3 lapis. Selanjutnya menjahit keliling bagian tepi masker dan dilipat hingga berbentuk seperti masker medis. Proses ketiga yaitu menambahkan tali karet pada bagian ujung kanan dan kiri masker yang nantinya dapat dikaitkan pada telinga saat pemakaian. Setelah semua proses dilakukan, maka masker pun sudah siap digunakan.

Peserta KKN, Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Mahasiswa KKN Sidoarjo Universitas Negeri Malang memproduksi 1000 masker telah dibagikan kepada warga desa Kepuh Kemiri secara gratis. Hal ini direspon sangat positif oleh warga setempat. Mereka sangat senang ketika mahasiswa UM membagikan masker ke setiap kepala keluarga.

Bahkan ada salah seorang warga yang langsung memakai masker tersebut karena masker yang dipakai sudah tidak layak. “Mbak maskernya langsung tak pakai ya, soalnya masker ini sudah jelek mbak, ini talinya kemarin putus saya pasang lagi,” ungkapnya.

Sedangkan salah satu penjual cilok di depan Balai Desa mengaku senang karena mendapat masker gratis. Pedagang cilok itu merasa terbantu dengan masker karena dirinya tiap berjualan di tempat itu. Apalagi sempat mendapat kabar jika ada warga sekitar yang terpapar Covid-19.

Sebelum membagikan masker ke tiap-tiap rumah warga, Bu Luluk sebagai Bidan Desa Kepuh Kemiri mengatakan jika membagi masker kepada warga sebaiknya memberikan pemahaman dulu akan pentingnya masker di tengah pandemi seperti saat ini.

Menurutnya masih banyak warga menganggap remeh tentang wabah yang sedang merebak. Hal ini dikarenakan warga masih belum terbiasa dengan pemakaian masker yang harus dipakai ketika beraktivitas di luar rumah. Sebagian masyarakat masih tidak peduli akan pentingnya memakai masker.

“Ya kalau terus-terusan pakai masker itu tidak enak buat napas mbak, apalagi orang seperti saya yang kerjanya tukang seperti ini,” kata salah satu warga. Hal lain juga kami temukan saat membagikan masker di warung-warung kopi, terdapat salah satu warga yang menolak untuk diberi masker dengan alasan di rumah sudah banyak dan tidak terbiasa memakai masker.

Dari Gerakan Pembagian 1000 Masker ini kami berharap dapat meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya pemakaian masker dan warga dapat lebih menaati protokol kesehatan untuk memutus rantai penularan COVID-19.

Meskipun sejauh ini belum ada penelitian bahwa masker dapat mengurangi penyebaran COVID-19. Akan tetapi, alangkah lebih baik apabila kita tetap waspada dan berusaha memutus rantai penyebaran COVID-19 tersebut dengan selalu memakai masker saat keluar rumah.

Referensi: https://www.who.int/health-topics/coronavirus

Identitas Penulis
*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Negeri Malang yang sedang melakukan KKN di tengah pandemi.


**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.

Pos terkait